"Apa Kabar?"
Dua kata ini bagi sebagian orang mungkin sudah tidak begitu berarti. Sebab pertanyaan ini pada umumnya mendapatkan jawaban klasik yang belum tentu kebenarannya relevan. Memberikan jawaban 'kabar baik' atas pertanyaan ini pun belum tentu Anda sedang dalam keadaan baik-baik saja. Besar kemungkinan Anda sedang dilanda berbagai macam persoalan hidup dan memilih untuk berpura-pura seakan semuanya aman terkendali. Di sisi lain, tidak memberikan jawaban sama sekali kepada si penanya, dengan keyakinan pada diri sendiri bahwa 'memang-nya kalau saya sedang susah, Anda akan membantu saya'? Atau, 'kalau saya sedang sakit, Anda akan menjenguk saya atau mengirimkan saya obat'? Atau, 'kalau saya sedang jatuh cinta, lalu apa yang Anda lakukan? Merusak status hubungan saya'?. Dengan demikian, si penerima pertanyaan apa kabar di atas memilih untuk tidak menjawab apa pun. Jika Anda sering berada dalam posisi ini dan menolak atau mengabaikan orang yang ingin mendengar kabar Anda, mungkin batin Anda sedang tertuju pada hal lain.
Fakta-nya, detik-detik sebelum meluncurkan pertanyaan apa kabar ini, sang pemberi kabar tentu merasa gelisah, tidak tenang, khawatir, ke-pikiran dan berbagai macam rasa yang hadir dalam benaknya tentang si calon penerima kabar. Hal semacam ini merupakan bentuk komunikasi alam bawa sadar yang tanpa kita ketahui alasan pasti mengapa kita memikirkan orang tersebut. Inikah yang disebut telepati? Apa itu telepati? Telepati adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indra melainkan batin. Ikatan batin kedua insan.
"Are you okay, Rwei?"
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Memang-nya kenapa?"
"Pertanyaan-mu seakan-akan kamu mengetahui kalau saya sedang dalam masalah."
"Oh, pantas! Sejak  beberapa jam yang lalu, saya terus memikirkanmu."
Dan lalu hening. Tidak ada kelanjutan.
Pada percakapan singkat di atas, kita jelas tahu bahwa kedua insan memang sedang terhubung dengan rapi untuk saling komunikasi. Jangan abaikan apa kata batinmu. Dengarkanlah isi hatimu. Lakukan sesuai suara hatimu. Karena dengan demikian Anda telah menyelamatkan hidup seseorang. Jangan meremehkan pertanyaan apa kabar. Orang yang sering menanyakan apa kabar adalah orang yang paling peduli terhadap Anda. Cobalah mengerti pertanyaannya dan berilah dia informasi yang akurat dan pastikan Anda bahagia sebelum memberikan informasi tentang keadaan Anda. Hargai kekuatan telepati yang Anda miliki.
Kisah lain. Â Kalah itu bulan September 2022. Waktu menunjukan pukul 2.30 subuh, seusai berdoa dan beranjak tidur. Saya memikirkan dia yang adalah bukan siapa-siapa-nya saya. Bukan kekasih. Bukan teman dekat. Â Saudara pun bukan. Bahkan belum pernah bersua empat mata. Dia adalah seorang pelajar Teologi dan bahasa Inggris.
"I miss you, Mowsarlo!"
Keesokan paginya, pada pukul 10.00 WITA.
"Ha? Iza? Jam segitu? Kamu WA aku bilang - I miss you?!"
"Wkwk, iya semalam tiba-tiba ingat dirimu. Gak tau kenapa."
"Are you okay?"
"Yeah, I am fine."
"Okay. Have a great day!"
"Trims.You too Mowsarlo."
Apa yang Anda rasakan dan pikirkan dengan percakapan pendek di atas? Â Apakah Anda merasa itu hal aneh? Apakah percakapan itu membuat Anda tersenyum? Semua tergantung isi hati, dan sudut pandang yang berbeda sehingga reaksi pun tentu berbeda. Intinya adalah bahwa Mowsarlo dan Iza tidak sedang meremehkan telepati diantara mereka.Â
Jika dalam hidupmu jarang yang menanyakan kabar dan keadaanmu, jadilah orang pertama yang menanyakan kabar temanmu. Indahkan telepati yang ada dalam dirimu, dan dengarkanlah kata hatimu.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H