Pasar Tumpah merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemacetan yang terjadi di jalan raya akibat dari para pedagang yang menjajakan barang dagangannya di sepanjang tepi jalanan. Keberadaan Pasar Tumpah berlokasi di Jalan Mayor Dasuki, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Pasar Tumpah Jatibarang sudah ada sejak lama dan masih tetap eksis serta beroperasi hingga saat ini. Pasar Tumpah Jatibarang rutin digelar setiap satu minggu dua kali yaitu pada hari rabu dan minggu.Â
Para pedagang di pasar tersebut mayoritas mereka yang berasal dari wilayah Tegalgubug Cirebon, akan tetapi tidak sedikit juga yang berjualan ialah mereka yang merupakan warga lokal. Pedagang Pasar Tumpah tersebut mulai menjajakan barang dagangannya pada pukul 06.00 pagi hingga 12.00 siang hari. Pedagang Pasar Tumpah menjajakan dagangannya menggunakan cara sederhana dan tradisional hanya dengan bermodalkan pagar bambu yang di rangkai menjadi sebuah kios-kios kecil yang berjejeran dengan beralaskan karpet.
Semua masyarakat, baik penjual dan pembeli Pasar Tumpah Jatibarang ini selalu menerapkan konsep konservasi dengan melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya dengan bijak. Â Misalnya dalam pengelolaan tempat Pasar Tumpah, yang hanya dilakukan oleh masyarakat setempat saja tanpa adanya keterlibatan pihak luar seperti pemerintah dan swasta hal ini dilakukan untuk menjaga hubungan kebersamaan dan keharmonisan yang terjalin dalam kehidupan masyarakat setempat serta untuk dapat meningkatakan pendapatan perekonomian masyarakat yang selaras.Â
Pengelolaan ini dapat meliputi sewa lapak, retribusi, keamanan, dan parkir. Selanjutnya terdapat konsep konservasi dalam pemanfaatan sumber daya, hal ini sangat umum dan biasa dilakukan oleh para pembeli dengan menerapkan praktik mengurangi penggunaan bahan atau kemasan plastik yang bisa diganti dengan menggunakan kantong belanja ramah lingkungan seperti dengan membawa tas atau totebag dari rumah.
Para pembeli Pasar Tumpah Jatibarang ini bukan hanya masyarakat setempat saja melainkan dari sejumlah wilayah seperti Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan kuningan. Sejumlah barang yang didagangkan di Pasar Tumpah ini relative jauh lebih murah 50 persen dibandingkan dengan harga pasar modern atau mall sehingga barang-barang yang dibeli terjangkau dan selalu di buru oleh banyak masyarakat yang berdatangan dari luar daerah.Â
Hal inilah menjadi salah satu alasan para pembeli dari luar yang rela berdatangan jauh-jauh untuk bisa berbelanja di Pasar Tumpah Jatibarang. Ada sebagian masyarakat yang membeli barang tersebut untuk dijual lagi, biasanya mereka membeli dengan jumlah barang yang banyak karena akan mendapatkan potongan harga yang jauh lebih murah. Meskipun di Pasar tersebut di banderol dengan harga yang murah akan tetapi kualitas dari barang tersebut tetap bagus dan terjaga serta selalu mengikuti trend model terbaru sehingga setara dengan pasar modern ataupun pasar online lainnya. Namun, seiring dengan berkembangnya era modernsasi, Pasar Tumpah Jatibarang harus dihadapkan pada tantangan baru dalam mempertahankan keberlangsungan dan persaingannya.
Dalam mengahadapi tantangan di era modernsasi ini, Pasar Tumpah Jatibarang mengalami perubahan yang cukup signifikan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai beralih ke pasar modern yang trendy dengan menawarkan brand-brand pakaian dengan kualitas dan merek yang lebih terkenal dan kenyamanan berbelanja yang tidak dimiliki oleh Pasar Tumpah.Â
Meskipun terkesan ketinggalan zaman dan kuno namun manfaat serta fungsi dari adanya Pasar Tumpah memiliki tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat sekitar karena sebagai lahan mencari rezeki dan juga usaha untuk pemenuhan perekonomian mereka. Meskipun keberadaan Pasar Tumpah telah terancam oleh perkembangan zaman yang semakin modern akan tetapi eksistensinya masih tetap menjadi pilihan di hati masyarakat setempat maupun luar, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Keunikan dan keistimewaan Pasar Tumpah yang tidak dimiliki oleh pasar modern atau pasar online, adalah adanya nilai-nilai tradisi yang masih sangat melekat dalam masyarakat dengan sentuhan humanis seperti kedekatan antara penjual dan pembeli, sehingga terciptanya hubungan yang lebih personal dan akrab. Selain itu terletak pada suasana berbelanja yang berbudaya, melokal, ramai dan riuh karena terdapat interaksi langsung dari masyarakat yang ada di dalamnya dan juga dengan tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar inilah yang menjadi daya tarik dalam menjaga kelestarian Pasar tersebut.
Pada era modernsasi ini konsumen cenderung membeli pakaian secara online melalui berbagai platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dll. Hal ini, menjadikan konsumen membeli pakaian dari berbagai brand dan toko di seluruh dunia tanpa harus mendatangi toko tersebut.Â
Selain itu, perkembangan teknologi memungkinkan produksi barang menjadi lebih cepat dan efesien. Oleh karena itu, agar Pasar Tumpah tetap eksis di era modernsasi ini perlu adanya invovasi dan peningkatan kualitas baik dari segi infrastruktur, layanan, maupun barang yang ditawarkan. Pasar Tumpah juga perlu meningkatkan promosi dan pemasaran salah satunya yaitu dengan memanfaatkan media sosial atau platform online lainnya guna memperkenalkan keberadaan Pasar Tumpah dan juga produk-produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas. Selain itu, Pasar Tumpah juga patut bekerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan brand awarness dan menarik minat konsumen.
Eksistensi dari adanya Pasar Tumpah juga masih memiliki ketertarikan di hati masyarakat yang lebih memilih berbelanja di Pasar dibandingkan belanja online. Karena jika kita berbelanja langsung ke Pasar tersebut akan lebih leluasa untuk memilih berbagai macam sandang yang kita lihat secara langsung dan yang paling penting kita bisa mengajukan tawar menawar untuk bisa mendapatkan harga yang kita inginkan. Memasuki bulan Ramadhan, Pasar Tumpah selalu mengalami peningkatan pembeli yang sangat ramai dibandingkan biasanya. Karena lebaran yang pada umumnya identik dengan pakaian baru, maka di Pasar Tumpah tersebutlah yang paling banyak adalah pedagang pakaian meskipun ada juga yang menjual barang-barang yang lainnya. Adapun berbagai macam sandang yang dijual seperti busana pria yaitu baju koko, sarung, peci, dan jas serta busana wanita yang meliputi baju gamis, aneka model hijab, alat beribadah dan juga busana anak-anak.
Dalam menjaga keberlangsungan Pasar Tumpah di era modernsasi ini, terdapat pula eksistensi dari sistem nilai sosial budaya yang masih selalu di pegang erat bagi masyarakat. Yang pertama yaitu nilai sosial yang terdapat dalam aspek tawar menawar. Dalam melakukan tawar menawar perluadanya keterampilan yang khusus untuk bernegosiasi tujuannya untuk mendapatkan harga terbik sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Selanjutnya yaitu aspek gotong royong. Di Pasar Tumpah, terdapat banyak pedagang yang membentuk kelompok atau komunitas sehingga aspek gotong royong itulah tercermin dalam cara mereka bekerja sama dalam menjaga kebersihan, fasilitas pasar, lingkungan dan juga masalah yang terjadi di pasar tersebut.
Kedua, adalah nilai budaya. Nilai budaya pada Pasar Tumpah menjadi tempat untuk bertemu, berkumpul, bercakap-cakap, dan saling bertukar informasi antara masyarakat lokal dan masyarakat luar daerah. Misalnya masyarakat yang berasal dari daerah Majalengka yang menggunakan Bahasa sunda melakukan interaksi dengan masyarakat lokal yang berbahasa jawa. Hal inilah menjadi salah satu nilai budaya yang ditemukan lewat interaksi sosial mereka sehingga akan terciptanya rasa solidaritas dan persatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H