Mohon tunggu...
Kasimo Gultom
Kasimo Gultom Mohon Tunggu... -

Blessed to Blessings

Selanjutnya

Tutup

Politik

MEMBERESKAN DOSA STRUKTURAL

22 November 2011   03:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MEMBERESKAN DOSA STRUKTURAL

Berbicara tentang kata “dosa” mungkin agak sedikit berlebihan bagi para pembaca, soalnya akan ada anggapan penulis adalah sok suci, munafik, atau bisa jadi memunculkan golongan pembaca tertentu, yang begitu membaca tulisan ini langsung mengambil kesimpulan dengan mengaibakannya dan menganggap sesuatu hal yang tidak perlu di bahas dengan mengatakan “dosa adalah urusan nanti yang pertanggungjawabanya pada Tuhan di hari penghakiman kelak. Tetapi penulis berharap para pembaca yang budiman adalah bukan termasuk kategori yang berpikiran demikian.

Tetapi sebelumnya mari kita berdiskusi bersama  tentang apa, bagimana sebenarnya “ awal dosa & akibatnya”. Secara umum bahwa dosa itu adalah sesuatu tindakan yang melanggar dari perintah Tuhan. Agama manapun yang diakui di Negara ini mengakui kebenaran di atas. Dosa didefinisikan sebagai pelanggaran akan hukum Allah, Sedangkan dosa itu sendiri berawal dari seorang tokoh yang dinamai Lucifer “si Bintang Timur, Putra pajar yang paling cantik dari semua malaikat yang diciptakan Allah. Karena dengan kecantikan dan keistimewaan yang dia peroleh mengakibatkan Lucifer tinggi hati dan tidak puas dengan apa yang dia terima dan mencoba ingin sama dengan Allah, tetapi Allah tidak pernah mengijinkan itu terjadi. Inilah yang menjadi awal kejatuhanya kedalam dosa. Kemudian Tuhan memberi dia nama baru “Iblis” dan dia membawa dosa kepada umat manusia ke taman Eden, ketika dia mencobai Adam dan Hawa dengan godaan yang sama “ engkau akan menjadi sama seperti Allah jika engkau makan buah pengetahuan yang baik dan buruk. Ironisnya Adam dan Hawa berhasil masuk kepada tipu rayuan iblis tersebut. Terjadi peristiwa saling menyalahkan dimana Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan iblis.

Sadar atau tidak sadar kita telah menjadi generasi pewaris kelakuan Lucifer masa kini. Begitu banyak dosa yang kita lakukan sehari- hari., baik itu dalam keluarga, pekerjaan, lingkungan sekitar terkhusus pemerintahan Indonesia. Sistem pemerintahan kita yang corat marut telah dipenuhi dengan korupsi, saling menjatuhkan diantara elite politik, brikorasi yang tambun atau lamban, aparatur yang tidak kredibel yang cenderung mengabaikan hak rakyat demi kepentingan pribadi.

Kondisi ini telah berlangsung beberapa puluh tahun yang lalu. Lingkaran dosa itu begitu jelas telah melingkar dalam kehidupan bernegara ini. Bahkan ketika dosa ini terjadi semua elemen masyarakat harus bertanggung jawab didalamnya, baik itu pelaku dosa aktif (koruptor, pembunuh, pencuri,dll), pelaku dosa secara pasif (tidak melakukan dosa tetapi mendorong orang disekitarnya untuk berbuat dosa sehingga ia pun ikut menikmatinya), atau golongan yang tidak melakukan kedua nya tetapi mengabaikan dan membiarkan dosa dosa tersebut terjadi tanpa ada respon tersendiri. Dengan memberanikan diri penulis menyebut kondisi di atas dengan Dosa terstruktur.

Kalau kita mengamati dosa terstruktur itu begitu nyata dalam kehidupan bernegara ini. Mereka yang mengatas namakan sebagai pengambil kebijakan, birokrat (aparatur negara) tidak lagi menjalankan Fungsi mereka sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Negara. Mental setiap aparatur yang selalu berorientasi kepada uang, proses perizinan yang berbelit belit, layanan public  yang tidak transparan dan akuntabel. Dengan dalih demi kepentingan masyarakat para pemaku kepentingan politik telah membuat kebijakan yang tidak menyentuh sama sekali kepentingan masyarakat. Saling hujat menghujat dianatara para pejabat bukan menjadi hal yang asing lagi.

Sulitnya mendapatkan pemimpin yang menjunjung tinggi nilai integritas memperparah kondisi birokrasi kita. Aparatur bekerja dengan mangharapkan imbalan tertentu. Kita juga tidak menyangkal masih ada diantara aparatur yang tetap bekerja dan berjuang dengan pola integritas penuh tetapi jumlah mereka tidak sebanding, sehingga sulit untuk berdiri. Terkadang buat mereka yang berjalan dengan nilai kebenaran acapkali mendapat cemohan dan kritikan tajam yang mencoba menjatuhkan dikala mereka mau berjuang untuk tetap menegakkan integritas pribadi.

Inilah bentuk dosa structural yang kerap terjadi dari sekian banyak dosa yang terjadi di dalam kehidupan bernegara kita. Hakikat dosa yang diwariskan Lucifer ke pada Adam & Hawa sampai sekarang ternyata telah berakar kuat bahkan sudah merambat ke setiap sendi kehidupan. Proses saling menyalahkan  antara satu dengan yang lain. Pemerintah menyalahkan masyarakat, masyarakat menyalakan pemerintah, Sementara Tuhan menyalahkan siapa?. Jawabanya menyalahkan manusia kenapa tidak mau taat kepada aturan yang ditetapkan. Sampai kapan kondisi ini akan terjadi? Jawabanya adalah “sampai pemerintah dan masyarakat mau meyadari dan berubah dari dosa tersebut. Setiap kesalahan/ dosa mempunyai resiko masing amsing. Tuhan tidak mau kompromi terhadap dosa sekecil apapun. Jadi jika Negara ini mau hidup makmur dan sentosa maka  manusia harus berjalan dengan standar kebenaran yang ditetapkaan Tuhan yaitu mematuhi dan menjalankan perintahNya, bukan berjalan berdasarkan kebenarana manusia itu sendiri. Pemerintah dan masyarakat harus meninggalkan dosa individual dan dosa struktural tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun