Mohon tunggu...
IEA Hong
IEA Hong Mohon Tunggu... -

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kasih Sayang di Hari Valentine

24 April 2012   09:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:10 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasih Sayang di Hari Valentine

Oleh : IEA Hong

Hari ini 14 Februari 2012, sejak pagi orang-orang sudah mulai saling menyatakan selamat hari  valentine, para pasangan muda mungkin telah menyiapkan sesuatu yang spesial untuk menyambut hari valentine bersama kekasihnya.

Hari Valentine merupakan hari kasih-sayang yang banyak di rayakan oleh pasangan kekasih yang sedang di mabuk cinta, walaupun hari valentine bisa juga di gunakan untuk mengungkapkan kasih-sayang kepada orang tua, teman maupun keluarga lainnya, tapi hal ini lebih jarang.

Tepat pada hari Valentine ini, ada sebuah kejadian yang membuat aku berpikir ulang tentang makna yang sebenarnya dari Kasih-Sayang, tepat di mana orang-orang sudah mulai merayakan maupun mempersiapkan perayaan hari valentine, aku mendapat tugas untuk mengunjungi seorang pasien di sebuah rumah sakit di daerah S Parman, Jakarta-Barat.

Pasien ini adalah seorang kakek yang berumur lebih dari 75 tahun, sang kakek adalah seorang anak tunggal dari keluarga beranak tunggal, dan di temani oleh putrinya yang juga merupakan anak tunggal, Sang istri sudah lebih dulu pergi pada beberapa tahun lalu, sehingga kini keluarga ini yang tersisa hanyalah ayah dan anak.

Beberapa bulan lalu, sang ayahnya masih masih cukup sehat tiba-tiba mengalami masalah dengan jantungnya, sehingga harus segera dilarikan ke rumah sakit, walaupun hidup dalam kondisi yang minim dan serba kekurangan tapi dengan keberanian dan rasa kasih sayang yang sangat besar kepada sang papa , akhirnya sang anak pun memberanikan diri untuk membawa sang papa ke rumah sakit.

Sudah beberapa kali sang ayah keluar masuk rumah sakit, kali ini merupakan masa terlama sang papa di rumah sakit, saat ini sudah berjalan lebih dari 3 bulan di rumah sakit, dan demi untuk menjaga sang papa, pekerjaannya pun telah di lepaskan, sehingga saat ini hanya bisa mengandalkan bantuan dari teman dan Yayasan Buddha Tzu Chi.

Hari ini merupakan hari yang cukup membahagiakan bagi sang anak sekaligus juga hari yang mengkhawatirkan, karena pada satu sisi dokter mengatakan sang papa sudah bisa keluar rumah sakit, tapi di sisi lain papanya yang masih lemah kalau mengalami masalah di rumah maka akan kesulitan untuk bisa langsung di tangani.

Saat aku tiba di kamar tempat sang papa di rawat, kebetulan saat itu papanya sudah ngompol di celana, sehingga sang anak dengan penuh perhatian langsung menyiapkan pakaian lain yang kering dan langsung membantu papanya menganti celana, saat ini papanya sudah tidak mampu lagi untuk bangun dan melakukan aktifitas biasa seperti untuk bangun dudukpun sudah tidak bisa apalagi untuk berganti celana.

Ketika tengah berganti celana tiba-tiba papanya bilang mau pup, maka dengan sigap sang anak langsung  keluar mengambil sebuah kursi roda yang selanjutnya dengan susah payah mengangkat papanya yang lebih dari 60 kg itu ke atas kursi roda, kemudian mendorongnya ke WC, setelah di WC sang anak masih harus mengatur posisi sang papa supaya bisa pup dengan enak, kemudian menunggu papanya selesai pup.

Setelah selesai sang anak segera membantu papanya untuk bersih-bersih, tiada keluhan maupun kekesalan yang tampak di wajah sang anak, hanya ada rasa kasih-sayang yang terpancar dalam setiap tindakan sang anak, kasih sayang yang begitu besar terhadap sang papa.

Setelah selesai bersih-bersih, sang anak membawa kembali sang papa ke tempat tidur dan sekali lagi menganti baju dan celana sang papa dengan yang baru, kemudian secara pelan-pelan menaikan kembali sang papa ketempat tidur, dengan nafas yang masih tersengal-sengal karena harus mengangkat papanya yang berperawakan cukup besar itu, dengan lembut di aturnya bantal yang menopang kepala papanya supaya posisinya bisa nyaman untuk sang papa, dan sebuah kecupan lembut pun di daratkan ke kening papanya, sembari berkata “Papa Istirahat lagi ya, supaya punya tenaga untuk keluar rumah sakit nanti sore”.

Sebuah ungkapan kasih-sayang yang begitu tulus, walaupun telah merawat papanya selama berbulan-bulan, tetapi kasih-sayang kepada sang papa masih juga tidak berkurang, kata-kata yang lembut dan penuh perhatian masih bisa meluncur dari mulutnya, inilah kasih-sayang yang sejati, yang tulus dan tanpa pamrih.

Setelah menyaksikan kejadian itu, hati sayapun terasa menangis, suatu pikiranpun muncul seandainya saya berada di posisi sang anak, mungkin saya tidak akan sanggup untuk melakukan seperti yang telah di lakukan sang anak.

Banyak pasang muda yang pada hari itu sedang menyatakan rasa sayangnya kepada kekasihnya, tetapi bila sang kekasihnya mengalami kondisi seperti papa sang anak, seberapa lama pasangannya akan sanggup untuk bertahan dan merawatnya dengan penuh kasih-sayang seperti anak kepada papanya. Berapa banyak pasangan yang sanggup untuk merawat dan membersihkan kotoran setiap hari?

Dalam tugas sebagai relawan, saya  sudah banyak melihat Istri yang di tinggalkan oleh suami setelah mengalami kondisi sakit, begitu juga sebaliknya suami yang di tinggalkan oleh istri karena kondisi sakit juga, hanya beberapa kasus saja yang suami maupun istri yang masih terus setia mendampingi ketika pasangannya sedang dalam kondisi sakit.

Bila saat ini anda sedang mengebu-gebu dalam percintaan, maka tanyakanlah kepada diri anda sendiri bila pasangan anda mengalami sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidur, dimana setiap hari anda harus membersihkan kotorannya, apakah anda masih akan mencintainya seperti saat ini?

Cinta antara pasangan kekasih kebanyakan tidaklah murni karena masih berpamrih, maka berusahalah untuk memperluas cinta kita menjadi cinta Universal yang tidak mengharapkan pamrih.

“Cinta kasih individu dipenuhi oleh kerisauan, cinta kasih universal membuat kondisi batin menjadi nyaman, bebas leluasa tanpa tekanan. “ Master Cheng Yen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun