"... Thanks banget, Pak"
Saya mengakhiri pembicaaan telepon. Situasi sudah lumayan terkendali. Beruntung saya masih dapat sinyal untuk menggunakan ponsel dan lokasi ini masih lumayan dekat dengan kota.
Barusan saya menghubungi penjaga hutan. Sebelumnya saya telah menghubungi pihak penginapan. Saya minta tolong dijemput dan dicarikan mobil derek untuk menderek sebuah mini bus. Pihak penginapan menyanggupi, namun karena ada pohon tumbang di tengah jalan, mungkin sekitar dua jam lagi baru sampai.
Singkatnya, kami ada di hutan bagian timur Indonesia. Setelah menikmati indahnya beragam objek wisata dan menjelajah hingga pukul 5 sore, kami akhirnya kembali pulang ke penginapan.
Sekitar 40 menit melaju, mendadak mobil berhenti. Pak Her, supir kami, keluar untuk melihatnya. Saya menyesali Pak Her yang tidak mengecek dulu mobilnya sebelum pergi. Tapi apa boleh buat, yang sudah terjadi maka terjadilah.
Setelah keluar mobil untuk menelepon dan mengecek kondisi, saya kembali masuk. Kevin menangis. Tangan Bu Prita, ibunya, dipeluknya erat, takut dengan suara - suara binatang nokturnal yang mulai bersiap melakukan aktivitasnya.
Saya jelaskan kondisinya dan bilang kalau saya sudah meminta bantuan.
Kanaya, memasang wajah kalut. "Hari makin gelap!" keluhnya. Anggi, hanya membalas ringan, "cuma gelap doang, takut... cemen!"
Pak Lukman dan Bu Prita tertawa kecil. "Tuh, kakak ini takut Kev, kamu harus bisa ngelindungin kak Kanaya!"
Kanaya tersenyum malu. Kemudian Anggi menyahut, "masa kalah sama Kevin, Nay?". Anggi menambahkan, "di situasi begini kalo lu aja takut gitu gimana anak kecil yang harusnya bergantung sama orang dewasa..."
Anggi mengeluarkan sebatang cokelat dari tasnya. Ia mematahkannya menjadi beberapa bagian dan membagikannya ke orang - orang di dalam mobil. "Katanya cokelat bisa bikin rileks. Mending kita makan dulu" katanya seraya memberikan potongan paling besar untuk Kevin agar berhenti menangis.