Mohon tunggu...
Dedi Sulaiman Rawi
Dedi Sulaiman Rawi Mohon Tunggu... Dosen - Calon suamimu

Lelaki Rasional

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau yang Ku Ingini, Tak Ada Lagi

1 Oktober 2018   13:09 Diperbarui: 19 Oktober 2020   10:50 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menetap

Sebab aku sudah menunggumu teramat lama, aku tak lagi dapat menghitung angka, setiap detik bagiku hanyalah rangkaian kata demi kata. Sekalipun hatimu serupa samudra, biarlah aku terombang-ambing di sana. Bahkan bila matamu adalah hutan belantara, aku masih ingin tersesat di dalamnya.

Inilah aku yang betapa ingin menjadikanmu satu-satunya.

Jangan pergi, tunggu sampai aku kau kenali. Jangan pergi, agar dariku kau temukan sesuatu yang mungkin kau cintai. Jangan pergi, sebab kau adalah sejauh-jauhnya aku mencari.

Untukmu, pemilik nama yang selalu ada dalam do'a.

Kau, aku, dan mimpi.

Aku mengajakmu bermimpi. Membayangkan segala yang mungkin terjadi. Maka jangan pergi, karena hanya denganmu mimpi itu ingin ku genapi.

Kuat itu mencintai

Kau mengetuk pintu hatiku. Kau memberikan harapan-harapan baru. Kau menyembuhkan luka seketika. Kau membuatku percaya cinta itu ada.

Aku sering bangkit dari jatuh yang dalam, namun yang sekarang lain. Memerhatikan senyummu dari kejauhan. Merasakanmu jauh ke masa depan.

Pada suatu sore, aku duduk di teras yang barangkali mendengar sesuatu, atau pura-pura mati. Menahan tawa. Kau dan aku berdebat kecil tentang hal sepele, seketika panggilan telepon itu diakhiri. Wajahmu cemberut, namun pasti semakin manis. Aku membayangkan.

Selucu ini aku kau buat. Betapa kau sangat memikat.

Dengar, Sayang!

Seperti lautan yang mengelilingi pulau kecilku yang teduh ini, tidak sekalipun aku membatasi diri untuk menginginkanmu. Hatiku tidak hanya mencintaimu, namun juga menjadikanmu kekuatan.

Kau tahu itu, kekasihku dalam tulisan.

Engkau yang ku ceritakan

Aku sering menelan luka dalam-dalam, terkadang seperti tak ingin mendengar apapun yang orang bilang. Tetapi kali ini aku senang bila kau berterus terang, jangan apa-apa diam.

Aku kira ini akan jadi yang terakhir, menunggumu memang tak pernah temukan akhir. Aku tidak minta banyak, tetapi tolonglah untuk sekali ini kau jadi penyimak.

Aku tak akan cerita terlalu panjang, kata-kata juga tak akan membuatmu melayang. Aku tahu. Kau juga perlu tahu, bahagia datangnya terlalu tiba-tiba, demikian juga luka.

Sayangku..

Mencintai jikalau benar pakai hati, maka itu adalah menguatkan, bukan menjatuhkan.

Aku ingin berhenti di kamu

Kau tak sepenuhnya mengerti. Pada dirimu begitu banyak yang aku cari.

Aku mungkin tak datang ke hidupmu dengan cara paling manis, sebagaimana yang kau harapkan dalam doamu yang puitis. Namaku juga bukan apa yang ingin kau tulis, dalam buku catatanmu yang berbaris-baris. Tetapi adakah yang lebih penting selain kepastian bahwa hatimu tak akan ku biarkan teriris.

Dengar, sayang.

Aku mengingatmu tanpa jeda. Tak seperti hujan yang hanya akan turun saat musimnya tiba. 

Aku menunggumu hingga batas usia. Seperti sore yang setia pada senja.

Aku mencintaimu dengan cara apapun yang aku bisa. Maka jadilah yang paling berharga.

Utuh

Jika saat ini aku bilang mencemaskanmu, itu bukan karena aku tak percaya atau sedang curiga. Kau adalah sebaik-baiknya aku berdoa.

Jika saat ini aku bilang merindukanmu, itu bukan karena kita lama tak bertemu atau sedang terpisah waktu. Kau ada pada setiap hela nafasku.

Jika saat ini aku bilang ingin bersamamu, itu bukan karena aku enggan sendiri atau sedang berusaha membunuh sepi. Kau tidak layak untuk itu.

Sayangku,

Ketahuilah bahwa pada dirimu tercermin keutuhan diriku. Denganmu segalanya terasa cukup. Maka jadilah bagian dari mimpi dan masa depanku.

Selamat pagi, sekali lagi.

Aku tak minta banyak. Bukan juga segelas teh hangat.

Aku lebih suka menikmati ceritamu. Tentang warna baju yang kau kenakan. Tentang mimpi yang mampir di tidurmu semalam. Tentang rasa yang sekuat tenaga kau sembunyikan. Tentang aku yang siap merindumu seharian.

Ceritalah selagi hangat, akan ku seruput dengan nikmat.

Aku mungkin tidak sedang baik-baik saja. Ada banyak malam yang ku lalui dengan air mata. Begitu juga pagi yang berlalu begitu saja. Tetapi belakangan ini aku merasa berbeda. Beberapa hal membuatku kembali ada. Mencintaimu adalah salah satunya.

Kangean, September 2018

D.S.R

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun