Oleh: Baim Ibrahim Sanusi (Peneliti Lembaga Survey Indonesia)
Setelah sekian lama reda, kini polemik partai Hanura kembali panas terkait polemik keputusan kepengurusan yang harus kembali berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-22.AH.11.01 dengan Ketua Umum Oesman Sapta Odang dan Sekjen Sarifuddin Sudding.
Namun dalam video yang beredar di kanal OSO TV, Oso dan kebunya menuding bahwa ada intervensi pendiri partai Hanura yang sekarang menjabat Menko Polhukam Wiranto. Dalam video yang berdurasi 10 menit 35 detik itu, kubu Oso menuding bahwa Wiranto melakukan intervensi terhadap Partai Hanura.
Dodi Abdul Kadir, Kuasa Hukum Partai Hanura, misalnya mengatakan bahwa tak hanya Menko Polhukam Wiranto yang melakukan intervensi, bahkan KPU pun ikut mengatur internal partai dengan cara mengubah data sipol tanpa adanya persetujuan dari DPP partai Hanura yang sah dengan Ketua Umum Oesman Sapta dan Sekretaris Jendral Herry Lontung Siregar.
Bahkan Djafar Badjeber, Direktur Eksekutif Partai, menuduh konflik dan polemik yang terjadi di partai Hanura akibat campur tangan Wiranto. "Kami agak prihatin dan sangat menyesalkan sikap Pak Wiranto, complicate semua yang terjadi di Hanura ini akibat dari pada restu dan segala macam yang dilakukan oleh beliau. Setelah enam bulan dan proses ini terus berlangsung, nah beliau ini main-main juga pada ujung-ujungnya." Kata Djafar.
Namun KPU pun angkat suara atas polemik dan tudingan Hanura kubu Oso. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), dilansir dari portal berita tribunnews.com, saat ditanyai apakah ada intervensi tertentu dalam pertemuan itu, mengingat Menko Polhukam adalah Wiranto, ia menyanggah.
"Nggak. Yang hadir kan bukan hanya KPU. Menko Polhukam ada, Kemenkum HAM ada, TUN ada, DKPP ada, jadi bukan kami sendiri dan kita memberikan pendapat. Kita hanya memberikan pendapat hukum yang membuat tahapan pemilu ini berjalan lancar," tutur Arief.
Pernyataan Ketua KPU, Arief Budiman ini menguatkan bahwa pemerintah hanya mengacu pada aturan yang berlaku dan sesuai dengan keputusan Menteri Hukum dan HAM. Adapun sebenarnya kubu OSO yang menuding Wiranto melakukan intervensi adalah bualan belaka dan merupakan tuduhan yang serius yang bisa merusak wibawa dan kredibilitas pemerintahan Presiden Joko Widodo di tengah persiapan menjelang Pilihan Presiden 2019.
Sudah jadi rahasia umum dan sebuah fakta bahwa selama organisasi yang dimasuki Oso sering terpecah. Antara lain Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), hingga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Partai Hanura yang didirikan dan selama dipimpin oleh Wiranto, sosok pemimpin yang berkualitas, santun---Hanura adalah partai yang kuat secara ideologis, akomodatif, demokratis dan bermartabat. Tidak pernah kisruh dan konflik. Atas pencapaian ini, Presiden Joko Widodo bahkan memuji Partai Hanura merupakan partai yang adem ayem, jauh dari suasana polemik.Â
"Saya tahu partai Hanura termasuk partai yang paling rukun. Gak pernah berantem. Paling solid, paling adem, Bukan gak hanya berantem, tapi paling adem. Memang namanya saja kan paling bagus, Hanura.. Hati Nurani Rakyat." Ujar Presiden Joko Widodo di sela-sela sambutannya dalam acara HUT Hanura yang ke-11 di Semarang.
Sangat disayangkan belum genap sebulan setelah pujian Presiden Jokowi, partai Hanura mengalami drama dan hingga hari ini drama tersebut belum berakhir.  Ketua umum  Oso seharusnya bisa jaga marwah partai. Sosok yang mengobok-obok partai Hanura pasti belum pernah memimpin organisasi.
Kalau jadi ketua ujang-ujungnya konflik, dualisme kepengurusan. Akhirnya gaya kepemimpinannya adalah gaya preman. Pecat sana pecat sini sesuka hati tanpa mendengar aspirasi kader partai. Sikap seperti ini jelas melukai nilai-nilai demokrasi yang pada masa kepemimpinan Wiranto selalu dijadikan sumber inspirasi dan kompas dalam memimpin partai Hanura.
Jelas sikap dan apa yang dilakukan Oso dan kubunya tak ubahnya sikap anak durhaka yang melukai hati orang tuanya. Orang tua yang selalu memberikan dan melakukan segalanya  sejak dini, kini dituduh yang menyakitkan dan diancam diusir dari rumah. Kelakuan Oso sangat cocok dengan adagium pepatah tradisional kita "air susu dibalas air tuba." Jika partai Hanura tetap dipegang oleh sosok pemimpin yang tidak menggunakan hati nurani dalam mengelola partainya, bagaimana mungkin bisa membawa arah perubahan di tengah masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H