Perasaan "terpinggirkan" ini sering kali diperparah oleh fakta bahwa karyawan non-keluarga tidak memiliki akses yang sama terhadap fasilitas atau bonus yang dinikmati oleh anggota keluarga pemilik. Misalnya, anggota keluarga pemilik mungkin mendapatkan kenaikan gaji, fasilitas kendaraan, atau bahkan promosi, meskipun kontribusi mereka terhadap perusahaan tidak sebanding dengan karyawan non-keluarga yang bekerja lebih keras. Ketidakadilan ini bisa menyebabkan penurunan moral dan bahkan peningkatan tingkat turnover di kalangan karyawan non-keluarga.
Minimnya Transparansi dan Akuntabilitas
Kurangnya transparansi dalam penggunaan dana perusahaan merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh karyawan non-keluarga. Keputusan-keputusan yang melibatkan penggunaan dana besar sering kali diambil oleh keluarga pemilik tanpa berkonsultasi dengan manajemen yang lebih luas atau karyawan lainnya. Hal ini menciptakan kesan bahwa keluarga pemilik bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan dengan aset perusahaan, tanpa harus memberikan pertanggungjawaban kepada siapa pun.
Akibat dari kurangnya akuntabilitas ini adalah rusaknya kepercayaan antara manajemen perusahaan dan karyawan non-keluarga. Ketika karyawan merasa bahwa mereka tidak bisa mempercayai manajemen untuk membuat keputusan yang adil dan transparan, loyalitas terhadap perusahaan akan tergerus. Selain itu, kurangnya akuntabilitas ini juga dapat berdampak buruk pada reputasi perusahaan di mata publik dan mitra bisnis, terutama jika penggunaan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi diketahui oleh pihak eksternal.
Kesenjangan Keadilan dalam Penilaian Kinerja
Selain penggunaan dana perusahaan yang tidak transparan, karyawan non-keluarga juga sering menghadapi masalah dalam hal penilaian kinerja. Di perusahaan keluarga, anggota keluarga pemilik sering kali mendapatkan perlakuan istimewa dalam hal promosi, bonus, atau penghargaan, bahkan jika kontribusi mereka tidak signifikan. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam penilaian kinerja, di mana karyawan non-keluarga merasa bahwa mereka tidak mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan usaha mereka.
Kesenjangan ini dapat merusak semangat kerja dan menyebabkan penurunan produktivitas di kalangan karyawan non-keluarga. Jika mereka merasa bahwa kerja keras mereka tidak akan pernah diakui atau dihargai dengan adil, mereka mungkin tidak lagi termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Pada akhirnya, ini bisa merusak kinerja keseluruhan perusahaan, karena karyawan non-keluarga memainkan peran penting dalam operasional sehari-hari.
Potensi Masalah Hukum
Selain dampak psikologis dan moral, penggunaan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi juga dapat menimbulkan masalah hukum. Di banyak yurisdiksi, penggunaan dana perusahaan untuk keperluan pribadi keluarga pemilik tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas bisa dianggap sebagai pelanggaran hukum. Peraturan mengenai pengelolaan perusahaan mengharuskan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana perusahaan, terutama jika dana tersebut berasal dari keuntungan yang dihasilkan oleh karyawan non-keluarga.
Dalam kasus ekstrem, karyawan non-keluarga yang merasa dirugikan oleh praktik semacam ini bisa mengajukan gugatan terhadap perusahaan, menuntut kompensasi atas ketidakadilan yang mereka alami. Meskipun langkah hukum tidak selalu diambil, potensi konflik hukum ini bisa merusak reputasi perusahaan dan mengganggu stabilitas internal perusahaan keluarga.
Solusi: Menciptakan Keadilan dan Transparansi