Perlu diketahui mengapa guru tua, atau guru jaman old bisa dibilang kurang dalam hal literasi informasi sehingga menganggap semua berita yang didapat adalah berita benar. Akan tetapi, tidak dipungkiri pula guru millenial juga bisa menjadi korban berita hoaks. Karena, menurut pandangan psikologis, ada dua factor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya pada berita hoaks yaitu adanya perasaan yang terafirmasi atau subjektifitas seseorang dalam menanggapi opini dan juga dipengaruhi Anonimitas pesan hoaks itu sendiri. Jadi, siapapun bisa menjadi korban berita hoaks.
Pemberian informasi kepada para siswa sekolah menengah atas (SMA) mengenai bahaya hoaks merupakan langkah tepat untuk membendung penyebaran hoaks di dunia maya. Pasalnya, anak usia SMA merupakan pengguna aktif di berbagai media sosial. Dengan mengedukasi siswa SMA diharapkan mereka bisa berpartisipasi untuk mengklarifikasi setiap berita hoaks yang mereka jumpai, atau setidaknya mereka tidak ikut menyebarkan berita hoaks.
Lalu, bagaimana cara mengidentifikasi hoaks yang benar agar mudah dipahami terutama bagi siswa SMA? Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoaks Septiaji Eko Nugroho yang dimuat pada laman kominfo.go.id menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoaks dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:
1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.