Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Perjalanan Kemanusiaan Part 13: Selalu Ada Cerita

14 Juli 2023   00:28 Diperbarui: 14 Juli 2023   00:34 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi sore aku duduk di depan emperan warung di dekat kantor. Sehabis menyantap semangkuk mie rebus pemberian seorang atasan yang mengajakku makan bareng di warung mpo. 

Disaat tengah asik memainkan handphone, mencekrol - cekrol media sosial IG. Tiba - tiba berhentilah seorang pedagang bakso Cuanki (Bakso Bandung). Dengan memesan secangkir kopi kepada mpo pemilik warung. 

Mpo pun membuatkan penjual bakso itu kopi dan meletakkannya di bangku duduknya. 

"Ngopi mas, join tapi hehe" ucap tukang bakso tersebut sambil tersenyum kepadaku. 

"Terima kasih mas. Lanjut hehe" ucapku sambil membalas senyumnya. 

"Udah lama mas jualan bakso?" Tanyaku sembari meletakkan handphone ke dalam tas yang kusandang di dada. 

"Alhamdulillah, kira - kira sudah satu tahun mas." Ucapnya.

"Biasanya keliling kemana aja?" Tanyaku lagi sambil memposisikan diriku menghadap tukang bakso itu. 

"O, biasanya keliling sekitaran sini mas. Masuk dari Kampung RW 01, 02 sampe 03. Mas."

"Emang mas baliknya kemana?" Tanyaku lagi.

"Kalo baliknya di dekat pemadam mas."

"Pemadam bogor?" Tanyaku.

"Bukan mas, pemadang depok " sambil menghidupkan rokoknya. 

"Wah jau yah. Maaf mas, biasanya muter sehari minimal dapet berapa?" Tanyaku sembari kembali mengeluarkan handphone karena ada pesan chat masuk. 

"Ngga tentu mas. Bahkan kadang kita ketombok." Ucapnya sembari melihatkan mimik wajah pasrah. 

"Kok bisa? Maaf mas. Mas jualan sendiri apa ada bos?" 

"Punya bos mas, jadi sistemnya per butir dikasih harga Rp. 500 mas. Kita jual Rp.1000 mas. Ya namanya dagang ada aja rezekinya. Kadang dapet misalnya Rp. 100.000, ya dibagi dua sama bos. Bos Rp. 50.000, saya Rp. 50.000 mas." Tuturnya

"Hem, Ya rezeki udah di atur sama Allah, selagi itu halal inshaallah berkah mas." Ucapku sambil meletakkan kembali handphone ke dalam tas. 

"Lalu mas kampungnya di mana?" Tanyaku. 

"Saya di bogor barat mas, udah dekat dengan Rangkas  / Pandeglang."

"Wah jau yah. Kalo di kampung mas sebagian besar usahanya apa mas?" Tanyaku lagi. 

"Banyak mas. Ada petani, ada tukang bangunan dan ada pekerja tambang emas." Ucapnya. 

"Tambang emas? Maaf mas. Padahal ada tambang emas di kampungnya, tapi kenapa mas memilih untuk kerja jualan bakso Cuanki keliling mas?" Tanyaku penasaran.

"Memang mas, saya akui kerja di tambang itu uangnya hanyak. Saya perna kerja di tambah selama 2 Tahun mas. Kadang seminggu itu bisa ngasilin uang Rp.1000.000 mas. Tapi ya itu, aliran uangnya kemana saya ngga tau mas. Habis - habis aja."

"Tapi kalo jualan bakso kan saya baru sekitar 6 bulan mas. Dan itu aliran uangnya ya sedikit kelihatan mas, walau kecil. Kadang untuk antisipasi, saya matiin Rp. 20.000 masuk ke celengan. Dan sisanya buat keperluan dadakan. Kalo makan kan udah kehendel sama bakso mas." Tambahnya. 

"Betul mas. Inshaallah semuanya berkah mas." Ucapku. 

Seketika adzan Magrib pun berkumandang dari masjid terdekat. Aku pun lekas berdiri dan memohon undur diri kepada mas pedagang bakso.  

"maaf mas. Saya duluan yah. Istrirahat aja dulu mas, nanti kalo sudah magrib baru jalan lagi." Ucapku

"Iya mas." Ucapnya. 

"Asslammuallahikum" 

"Wa'allahikumussalam"

Aku pun lekas berjalan menuju ke kontrakan yang tidak jau dari kantor. untuk segera membersihkan diri dan melaksanakan shalat magrib. 

Satu hal yang kupikirkan sepanjang perjalanan menuju ke kontrakan. 

"Hidup ini selalu mempunyai cerita, baik buruknya kembali cara kita memandang. Dari tukang bakso tadi, perjuangannya begitu hebat."

"Mungkin, besar atau kecilnya suatu penghasilan terletak dari mana kita bisa mensyukuri nikmat. Dan bisa jadi, suatu nikmat itu harus kita lalui dengan pengorbanan dan rasa pahit dulu." Gumamku dalam hati sambil terus melangkahkan kaki menuju ke kontrakan. 

***

[Depok, 13 Juli 2023 |SpK] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun