Duduk pemuda itu sambil berpikir melintasi waktu, mencoba menerka - nerka hal apa yang akan ia lakukan untuk mengisi kekosongan. Untuk mengisi waktu yang terbuang disela - sela rutinitas mengejar dunia. Yang terasa tak ada habis - habisnya.Â
 Tiba - tiba handphonenya berdenting, tanda chat baru masuk.  Ia coba buka dan tentunya, ternyata Rahmad mengirimkan sebuah selembaran foto undangan untuk kajian tentang agama islam. Agama yang ia anut, warisan dari orang tua dan nenek moyangnya.Â
 Ia lihat dan cermati, ternyata tanggalnya jatuh di hari ini. Dengan pukul 20.00 wib, acara dimulai bertempat tidak jau dari Desanya. Sukamulya Balaraja tertera di selembaran gambar itu.Â
 Ajakan dari Rahmad berbunyi, "Hei anak cucu Adam. Yang terlantar akibat terlalu pokus mengejar dunia. Kita kajian yook entar malem. Itung'2 cari amal dari pada hanya bermaksiat melulu. Hehe"Â
 Pemuda yang sedari tadi hanya duduk pun tersenyum mendapati kata - kata dari teman sejawatnya itu dan lekas menjawab,
 "Baiklah kisanak, sang dedengkotnya maksiat. Guruku yang begitu mansyur. Sudi kiranya menjemput, daku yang tiada kendaraan ini. Hahaha" dengan menambahi bumbu Emocion tertawa dan mengintip ia kiriman pesan itu.
 "Wah ... dasar, perantau tidak bermodal. Haha" jawabnya.
 "Baiklah nanti ku jemput. Jam 7 aku ke kostanmu." tambahnya.Â
 "Oke." Balas dari pemuda itu.
 Percakapan via chat pun selesai. Pemuda itu kembali meneruskan lamunan. Duduk di antik - antik yang rindang, dibawah naungan dedaunan Nangka. Angin berdesir pelan, suara dedaunan yang saling bertabrakan pun terus terdengar. Cuaca yang tidak terlalu panas, begitu pas dengan awan - awan yang terlukis di langit biru.Â
 "Ciptaan Tuhan, pelukismu Agung"Â