Menurut saya, memang pada dasarnya setiap anak / manusia itu sendiri adalah pembelajar yang hebat. Dan saya akui itu.Â
Tapi, kadar pemikiran manusia ini berbeda - beda. Maupun pemahamannya mengenai pendidikan. Mungkin dulu, diwaktu setiap Sekolah Menengah Atas (SMA) membagi jurusan untuk kelas IPA dan IPS adalah bertolak ukur dari tiap pencapaian individu - individu pelajar itu sendiri. Dan biasanya seorang pengajar (Guru) melihat dari segi nilai, minat dan bakat. Maka, barulah mereka (pelajar) itu dikelompokkan ke jurusan yang sesuai.Â
Sebenarnya menurut saya sekarang ini yang lebih dominan bukannya merubah sistem Kurikulumnya. Melainkan, membantu para anak - anak tadi agar mampu bersekolah dengan benar dan nyaman.Â
Percuma menurut saya apabila kita ubah sistem kurikulum, tapi masih banyak anak di luar sana yang lebih memilih berhenti sekolah dengan alasan ekonomi, jarak tempuh dan bully.Â
Jadi menurut saya yang perlu diperbaiki bukan sistem kurikulum. Melainkan, bagaimana cara sekolah menarik anak - anak untuk datang dan mau belajar. Dan utamakan di pelosok - pelosok daerah terpencil, yang sulit terjamah oleh indahnya kata pemerintah.Â
Mungkin itu saja opini yang dapat saya berikan.
"Percuma merubah sistem, bila sistem itu hanya bisa dinikmati oleh kaum terdepan dalam segi perekonomian mendukung. Pemerintah harus lebih sidak dan membuka mata, bahwa masih banyak daerah - daerah yang lebih perlu di rubah pola pikir anak - anaknya untuk mau bersekolah. Dari pada sistem kurikulumnya yang diubah."
__SpK
Terima kasih**
(Tangerang, 16 Februari 2022)Â