Sekawanan burung Pipit
_________________
____
Suatu pagi yang sunyi, sekawanan pipit mulai beterbangan keliling mencari makan. Hingga hinggaplah sekawanan itu di atas tanah kering yang dulu merupakan persawahan tempat mereka biasa mencari makan. Tapi sayang, seluas mata sekawanan pipit itu memandangi, padi yang diharap pun sudah tiada lagi.
Kemudian sekawanan pipit itu kembali terbang, mencari ke sudut lain, ke sudut yang biasanya dapat berpesta. Disaat para petani sedang asik menggebukan batang padi untuk memisahkan batang dan butir padinya, sekawanan pipit  dapat mengais butir - butir sisa padi yang tak sengaja jatuh tertinggal di atas tanah persawahan. Namun kembali sayang, ternyata tak ada lagi para petani dengan tumpukan padi. Harapan sekawanan pipit untuk berpesta pun, kini hanya menjadi ilusi.
Akhirnya sekawanan pipit itu hinggap di dedahanan ranting pohon nangka, di pinggiran jalan kecil penghubung desa dan persawahan.
Menyaksikan lahan yang biasa menjadi tempat mereka mencari makan, kini habis sudah di buldoser orang.
Sekawanan pipit yang biasanya riang, yang senang mengganggu para petani disaat  mereka berada di sawah itu pun kini bersedih. Melihat para petani, orang - orangan sawah, dan bunyi bising suara kaleng berisi batu yang biasanya ditarik oleh petani untuk menakuti sekawanan pipit pun tidak ada lagi.Â
Sekawanan pipit.
__SpK
(Tangerang, 8 Desember 2021)
#sangpencintakeheningan
#menulisuntukkedamaian
#kesedihanburungpipit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H