Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Desember

2 Desember 2021   23:54 Diperbarui: 3 Desember 2021   00:17 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desember
_______

Desember,
Diawali oleh gemuruh angin kencang yang menggoyang dedahanan di pohon - pohon itu.
Sebelah rumah tua, dengan cat pekat kuning suramnya.

Suara kelapa tua jatuh terhempas di tanah yang penuh dengan rerumputan lalu masuk ke dalam siring kecil di pembatas jalan,  membendung, dan membuat penahan sehingga air meninggi seukuran kelapa.

Suara anak - anak kecil berlari - larian menyusuri jalan yang tak jau dari keberadaan kelapa yang jatuh. Mereka menuju ke sebuah lapangan kecil, tanpa tiang listrik dan lilit - lilitan kabal. Yang kadang suka mengganggu disaat layangan sudah di terbangkan.

"Hore naik" ucap mereka dengan sukacita.
Ternyata bahagia itu sederhana.

Desember
__SpK

(Tangerang, 2 Desember 2021)

#sangpencintakeheningan
#menulisuntukkedamaian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun