Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tetaplah Jadi Lelaki Hebat "Bapak"

12 November 2021   23:45 Diperbarui: 13 November 2021   06:57 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak langkah telah kau jalani
Luka hatimu, kami pun tak tahu
Kau selalu mencoba yang terbaik, untuk menjadikanmu lebih di hargai dalam keluarga

Sedihmu tak nampak
Namun air matamu pernah terpaksa jatuh
Kau yang ingin selalu dimengerti
Tapi anak - anakmu terlalu keras dengan pengetahuan mereka, sehingga mudah mematahkannya ucapanmu yang lebih dulu makan pahit asin dan asamnya dunia.

Senja baru saja berlalu
Esok, lusa, dan hari - hari pun akan terus berganti
Nampak benar kekuatanmu
Begitu hebat dan tak ada yang mengerti
Kau yang selalu di pandang hina, mencoba untuk tetap berdiri demi keluarga.

Aku saksi hidup, kau tak dihargai
Kebaikanmu hanya dianggap sampah! Terbuang, berlalu begitu saja

Suatu ketika, kita berdua perna datang ke sebuah pesta sanak family di kota

Kau begitu memaksa, mengajakku untuk ikut datang. karena aku yang baru saja pulang dari perantauan, dan ingin kau kenalkan dengan mereka. Kau pun bilang, "biar kamu tau susuran"

Kita berangkat berdua dengan motor butut milikku,  yang baru saja kubeli dari teman
Menyusuri jalan berdua, seakan kita sudah melupakan tragedi masa lalu di mana dulu kata - kataku pernah menghancurkan perasaanmu

Sesampainya di pesta besar sanak family yang jauh di tengah kota. Kau ajak aku untuk masuk ke dalam, sembari memperkenalkan diriku dengan ahli rumah dan pihak penyambut tamu undangan

Kau sebut namaku, dan kau banggakan,
"Ini anakku, baru pulang dari rantau."

Seketika, mereka tersenyum menyambut dirimu dan aku. Tapi di belakangmu, kuperhatikan mereka berbisik! Walau kau pun tak sedikit terusik.

Hingga tiba masa yang aku tak enak hati, melihatmu terabaikan di keluarga besar yang begitu kau banggakan sendiri
Kau hanya mematung,  di sudut rumah yang punya hajat. Menunggu ada yang datang, agar kau merasa untuk lebih akrab.
Namun tak ada! Tak ada yang mau,  untuk sekedar duduk dan memenuhi hasratmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun