"Saya duluan." Ucapku kepada teman kerja yang masih asik dengan hpnya.Â
 "Ia hati - hati Lan." Sahutnya sambil sedikit melihatku dan bergegas kembali melihat ke monitor hpnya.Â
 Aku Alan anak daerah dari sebuah daerah terpencil di pelosok Sumatera Selatan.  Aku disini mengadu nasib menjadi seorang perantauan demi kedua orang tua dan keluargaku. Malam makin dingin dengan udaranya, bahkan rembulan kini bersembunyi dibalik awan - awan hitam yang menutupinya. Entah pertanda apa? Mungkin ia sedang jatuh cinta menurutku. Sebab itu dia merasa malu.Â
 Kontrakanku tidak jauh dari tempat kerja, tidak sampai 1 jam perjalanan dan mungkin hanya memiliki jarak 1 atau 2 kilo meter saja.  Aku menggunakan motor bebek kebanggaanku,  hasil dari gaji pertamaku yang langsung ku belikan motor untuk sebagai perpanjangan kakiku untuk kemana - mana.Â
 Sesampainya di kontrakan yang berada di ujung gang dekat gardu listrik, kuparkirkan motorku di depan kontrakan dan mulai turun sembari merogo saku celana mencari kunci. Setelah dapat, mulai kemasukan ke lubang kunci, dan bergegas membuka pintu.
 "Assalamualaikum" gumamku,Â
Walau kutahu tidak ada siapa - siapa, tapi ini adalah tradisi menurutku. Juga merupakan sebuah do'a kecil untuk memberitahu penduduk bumi yang tak kasap mata bahwa aku sudah tiba.Â
Di kontrakan yang berukuran 3x4 dengan tembok yang berwarna putih sedikit kucel karena noda - noda, kuletakkan harapan dan letihku untuk beristirahat sejenak menyambung nyawa kembali sehabis lelah dan letih seharian. Agar di esok hari, dapat Fresh kembali.Â
Kuletakkan tas hitam yang ku sandang di sudut ruangan, sembari mulai menuju ke kamar mandi guna untuk mandi. Menghanyutkan keringat letih dan lelah yang seharian di badan menjadi parasit berbau dan tak enak di hirup, agar mengalir turun dan terpisah dari badan.Â
....
((Kabupaten Tangerang, 14 Oktober 2021))Â