Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung 11: Sari & Candra (Cinta Dan Terpisah), Part 11 Terjaga, dan tentang Sari.

15 September 2020   03:35 Diperbarui: 15 September 2020   03:49 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam baru pukul 02.30 Wib. Aku yang terjaga sehabis ketiduran setelah sholat Isya. Mencoba untuk kembali tidur, tidak bisa. Sebenarnya apa yang ku pikirkan? Kenapa malam ini aku sulit untuk kembali tidur? Hm.. tanpa berpikir panjang, ku ambil handphone yang sudah tergeletak di sebelah ku, ku buka pola kunci layar dan mencoba menjelajahi sosial media yang ku punya. 

Di saat sedang asik melihat -lihat beranda, dan beberapa cuplikan video "Film Anime" yang ku suka, pesan Whatsapp masuk. Ku baca ternyata dari Santi. 

"Belum tidur Can?" Tanyanya singkat dengan emosion senyum.

"Udah tadi jam 9 San. Tapi, ini kebangun. Udah di cobain untuk tidur lagi, gak bisa. Yaa... akhirnya, buka handphone." Jawabku.

"Ooo... hm. Mungkin Allah lagi rindu kamu Can. Jadi kamu di suruh untuk bertemu Dia di sepertiga malam. Hehe" 

"Mungkin juga San. Hm? Kamu sendiri kenapa belum tidur San?" Tanyaku.

"Sengaja bangun Can. Pengen Sholat Tahajut, mungkin aja nanti bakalan enteng jodoh. Hehe" Jawabnya dengan emocion tersenyum.

"Oo.. yaudah sholat dulu gih. Saya juga mau Sholat, keburu waktunya habis kalo udah masuk waktu subuh." Tegurku dengan memberikan emocion jempol dansenyum.

"Yaudah aku sholat dulu ya Can. Wassalammuallahikum. " Jawabnya Santi.

"Wa'allahikum Salam." 

Chat singkat pun selesai, ku matikan handphone dan bergegas berjalan keluar kamar dan mengarah ke kamar mandi. Sepanjang perjalanan aku bangga pada Santi. sudah cantik, baik dan rajin ibadah. Jujur aku suka wanita yang seperti itu, tapi yasudahlah. Jangan terlalu banyak menaruh harapan, bila jatuh maka akan sakit rasanya. Tuturku di dalam hati. 

Sesampainya di kamar mandi, ku buka penutup tempat khusus air wudhu yang terbuat dari jerigen bekas dan di bolongi di sisi bawahnya. Dan di tutup oleh karet sendal bekas yang sudah di buat runcing seperti tombak, agar pas di ganjalkan di dalam lobang jerigen.

Setelah wudhu selesai, aku bergegas kembali ke kamarku. Sejadah yang dari tadi isya berada di ujung kasur pun ku ambil, dan ku bentangkan di lantai. Ku ambil peci hitam yang berada di atas lemari, dan kembali menuju sejadah. Dan mulai ku laksakan sholat tahajud.

"Bissmillah, usholli sunatan tahajud rokataini adaan lillahita allah. Allahu akbar" 

Setelah selesai melaksanakan sholat, ku lipat kembali sejadah dan mulai ku letakkan di atas kasur. 

Peci ku letakkan kembali di atas lemari, dan aku pun bergegas kembali ke kasur dengan bantal yang kusenderkah ke tiang kasur, aku pun mengambil kembali handphone yang dari tadi tergeletak mati di atas kasur.

"Udah sholatnya Can ?" Tanya Santi kembali melalui chat whatsapp. 

"Alhamdulillah sudah, barusan aja San." Jawabku.

"Alhamdulillah, aku seneng dengernya Can. Oh ya, besok kerja tolong jemput aku di rumah ya? Aku gak bawak motor. Hehe di pake Ibu sama Bapak mau ke Pemkot(Pemerintah Kota) ngurusin buat Akta tanah." 

"Oo.. iya Inshaallah ya San. Hehe wani piro dulu? Haha" jawabku dengan emocion ketawa.

"Ah.. mulai keluar. Pasti ujung-ujungnya duit, duiiit. Wkwkw hahaha dua ribu Can. Haha" jawab Santi dengan emocion ketawa.

"Haha, ojek pangkalan depan gang juga gak mau 2 ribu. Gak kena di minyak katanya, hahaha." Jawabku dengan emocion ketawa.

"Ya.. tolonglah Can. Apa kamu tega, hehe masak sama aku yang suka nyelesaiin tugas kamu kalo gak masuk aja perhitungan siihh.. ya Can, mau ya.? Hehe mau ya?"

"Haha mulai keluar ungkitannya, wkwkw yaidah untuk yang ini gratis, tapi lain kali bayar ya? Hahha" aku yang makin tertawa menanggapi chat dari Santi.

"Terima kasih bosquee. Nah gitu dong, itu baru namanya kawan." 

"Kawan kalo ada maunya? Hahha " jawabku lagi dengan emocion meledek. 

"Haha .. oh iya Can, kamu dapet undangan Sari?"  Tanya Santi.

"Hm. Alhamdulillah dapet San." 

Aku yang spontan diam, tapi tetap sedikit tersenyum memperhatikan handphone ku menunggu balasan dari Santi.

Tak lama chat kembali berlanjut,

"Maaf ya Can. Bukannya aku gak ngertiin perasaan kamu? Aku tadi cuman nanya doang. Maaf ya Can?" Sembari mengirimkan emocion permohonan maaf.

"Ah gak apa-apa San. Aku biasa aja kok. Hm, kamu dapet undangannya juga?" Tanyaku kembali.

"Iya aku dapet, hm.. aku bingung harus kesana apa gak? Yang pertama aku ngehargain perasaan kamu sebagai kawan aku. Apalagi? Hm, maaf Can. Kalo di inget-inget masalah dulu, waktu orang tua Sari bilang kasar ke kamu. Maaf Can. Aku bingung dateng apa gak?"

"Hm, ... yaudah San. Yang berlalu biarlah berlalu. Aku gak apa-apa kok, lagian aku udah ngelupain masalah itu. Kalo kamu mau dateng, nanti bareng sama aku aja San. Itung-itung irit ongkos. Hehe" 

"Iya iya.. serius nih?"

"Iya Santi. Yang baik, yang manis, yang rajin menabung dan tidak sombong. Membanggakan orang tua dan shaliha haha"

"Wah, gelarnya kebanyakan. Ambil yang membanggakan orang tua aja deh, hehehe."

Tanpa terasa kami chat di whatsapp sampai adzan subuh berkumandang, dan akhirnya chat terhenti. Karena harus melakukan rutinitas pagi.

Aku mematikan handphoneku, ku colokkan charger dan mulai mengecasnya. Aku masih menatap langit-langit kamar. Sembari menunggu adzan subuh dari masjid kampung selesai.

Benar juga, seminggu lagi Sari menikah. Hm, kado apa yang harus ku bawakan nanti? Tanyaku dalam hati.

Sari pasti begitu cantik di pesta pernikahannya. Dulu saja waktu SMA(Sekolah Menengah Atas), seisi sekolah di buat pangling melihat dia, yang merupakan murid pindahan dari kota Padang. 

Bahkan, Andri saja di buat tergila - gila dan bahkan selalu menggombalinya di waktu SMA. Walau ujung-ujungnya Sari memilihku, tapi kenyataannya? Aku dan Sari tak berjodoh.

Yasudahlah, Allah tahu yang terbaik bagimu? Keluargamu?dan semua orang yang kamu sayangi. Ucapku menyemangati hati. 

Dinding - dinding kamar ini tetap sama, walau ada yang sedikit berbeda. Tak ada goresan karya dari tangan Sari lagi, Cerpen yang sering di buatnya untukku pun, sudah tak lagi tertempel di dinding kamarku. Yang dimana itu adalah salah satu kegemarannya bila main kerumah dulu waktu SMA dan Kuliah. 

Mamak begitu sayang dengan Sari, bahkan Bapak juga. Mamak selalu bilang, "Jangan perna permainkan perasaan wanita. Karena Mamakmu juga wanita." Itu yang selalu Mamak bilang kepadaku dari aku kecil. 

Hm, Ya Allah. Begitu indah cerita hidupku, terima kasih telah membuatku berani mencoba berjuang menjadi yang Halal untuk Sari. Terima kasih ya Allah. Tolong, jaga dia. Jauhkan dari segala marabahaya. Selamatkan keluarganya, jauhkan dari kehinaan dunia. Sehatkan orang tuanya sebagaimana Engkau menyehatkan orang tuaku. Berikan saudara-saudarinya hidup dengan rasa tenang dan damai. Karena sebenarnya mereka keluarga baik, hanya aku saja yang tak pantas untuk menjadi bagian dari mereka. 

Sar, Inshaallah aku datang. Jumpa singkat kita di pasar tempo hari. Aku sudah puas Sar, walau tak lama berbicara denganmu. 

Terima kasih untuk semuanya, Jangan lupa bahagia Sar? Karena di atas kebahagianmu, ada keiklasanku.

........

#fiksi

#CeritaBersambung

#RomancePemuda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun