Ibuku bukannya ingin bertahan di kebodohannya? Tapi melainkan, memang dia tak mau berbuat kesalahan. Yang dimana akan memalukan pihak keluarga.Â
Mohon maaf cintohnya saja di sosmed mau itu facebook, Intagram, twitter, line dan sebagainya. Banyak wanita yang dimana sudah ibu-ibu tapi cenderung lupa dengan rasa malu. Mereka menampilkan foto atau video yang tak pantas di lihat oleh anak di bawah umur dan bahkan orang lain yang menggunakan sosmed yang sama. Dan misalnya ada masalah di dalam rumah, atau lingkungan keluarga. Sosmed menjadi ladang curhat dan bahkan ada juga yang mejadi pemicu ribut atau perselisihan. Maka dari itu, ibuku lebih memilih bodoh dan tetap di zona yang menurutnya aman.
Sama juga dengan handphone. Ibuku tak perna meminta di belikan handphone yang lebih bagus. Menurutnya? Asal dapat untuk mengirim pesan atau telepon saja itu sudah cukup. Karena menurut ibuku, kini adalah zaman kami para anak-anaknya. Jadi ibuku tak ingin terlalu mementingkan dunia.
Karena iitu, aku menganggap ibuku adalah duniaku.
Tanpa pemahaman dari nya, mungkin aku banyak akan melakukan kesalahan dan kekeliruan. Cintanya yang tulus dan tak pamrih, membuatku begitu menyayanginya. Maka dari itu, aku bangga bilang? Kalau ibuku adalah duniaku.
Terima kasih untuk ibuku, dan ibu-ibu di seluruh dunia. Semoga tetap bisa memberikan kebaikan dan pengertian kepada kami anak-anak yang masih minim di dalam pemahaman kehidupan.Â
Terima kasih...
......
(Pagar Alam | 19 Juni 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H