Malam itu (Jum,at 31 mei 2019)  kami bertemu dengannya, Seorang anak dengan paras yang lugu,tepatnya di rumah sakit Makkatutu Bantaeng. Dia menghampiri  dan duduk tepat didepan kami. Kami bertanya Keluarganya  didalam dek. Anak itu menjawab tidak...
Dinginnya malam dikala itu. Dengan pencahayaan Lampu yang remang- remang . kami duduk di bebangkuan dan meja dengan es Buah dan air kemasan gelas sisa buka puasa tepat di atas meja dihadapan kami.
 Anak Itu menyahut. " ada Air ta?" sahutan dalam logak Makassar. Kami tercengang dengan pertanyaan itu... karena anak itu nampak kehausan  dan kami menjawab ada ji dek. Sembari salah seorang teman mengambil air gelas. Saya Bertanya Apa di cari di sini dek? Di jawabnya tidak ji kk pergikuji jalan-jalan . Raut muka Tampak sedih, dengan mata berkaca-kaca seolah air mata ingin menetes di kedua bola matanya.  Anak itupun bercakap dengan kami.
Namanya Padil. USianya berkisar 12 tahun. Hari taggal dan tahun lahirnya tidak diketahuinya. Tingginya kurang lebih 140 meter dengan kulit hitam, rambut hitam, gigi putih dan rapi serta pakean dengan baju berwarna Hitam dan celana Pendek berwarna Coklat  yang agak kotor. Katanya....Saya tinggal tidak menetap terkadang di masjid raya terkadang di masjid pantai seruni dan terkadang tidur disini " sambil menunjuk bangku yang kami duduki". Kami bertanya sudah jaki makan dek di jawabnya tidakpi nanti sahur katanya "sambil meminum sisa es buah yang ada di atass meja..."  seolah berat untuk di sampaikan karena sedang menahan lapar dan sungkan untuk meminta.
 Salah seorang dari teman kami mencarikan makan, namun makanannya juga telah habis. Akhirnya teman hanya memberinya  uang untuk makannya nanti .
Saya Sudah lama Hidup terlantar," tahun dan bulannya tidak di ketahuinya". Lanjutnya, Semenjak orang tuaku meninggal. Dia Tidak Tahu menahu kapan orang tuanya meninggal Pada saat itu usianya masih seusia kelas 1 sekolah dasar. Saya Perna sekolah di Taman Kanank-Kanak(TK) di Kalimantan dan lanjut sekolah dasar, Katanya.... Namun pada saat itu orang tuaku kembali ke Bantaeng, kecelakaan dan meninggal. Kabar itu saya dengar via Telpon. "Sambil Menggerakkan tangannya Ke telinga". Jadi sampai sekarang saya masih kelas 1 Sekolah dasar  ujarnya seolah bercanda. Saya Ke Bantaeng numpang dengan Penjual sayuran dari Kalimantan ke Makassar. Sesampai di Bantaeng saya tidak tahu mau kemana  dan siapa Keluargaku, Nama Ibuku bernama Dg deda dan ayahku  saya tidak tahu namanya. Ibuku asli Kalimantan dan ayahku orang Bantaeng Bahkan orang tuaku dimana dimakamkan pun saya tidak tahu.
 Sambil cerita dengan kami dia menggunti kemasan air gelas plastik dan membuatkan kami asbak. " Ini asbak kk" di sodorkannya dihadapan kami. Iyye Terima Kasih dek,Ujar Kami...
Jadi apa Ji di bikin selama ini dek? Tanya salah seorang teman. Tidak Ji kk jawabnya. Kalau mau magrib saya ke mesjid raya makan, kalau sahur ke sinika biasaka dapat nasi na kasika temanta. Saya Senang kk, saya banyak teman main, disana teman-temanku nakal ki ia. Sambil menunju sebuah daerah dekat rumah Sakit menunjuuk wilayah borongkalukua. Pernaka benjol dipukul mereka dikira saya lempar batu. Â "Sambil Menunjuk bagian alisnya yang masih Nampak benjolan" padahal bukan saya. Tapi dibagian sana kk,,, Baikki ia rajinngi juga sholat temanku jadi sarung mesjid biasa ku pake ka ada ji..Biasaka juga ikut ke rumahnya temanku bermalam tapi satu malam ji ka marah mama na na kiraka anak nakal. Perna juga difoto kk baru di kasi masuk di facebook. Tapi tidak ku tahu apa hasilnya... Lanjutnya, saya perna tinggal di panti asuhan beklang tapi ditutupmi sekarang jadi beginimi hidupku kk....Ujarnya dalam logak Makassar.
Kapan Itu panti asuhan ditutup? Tanyaku... Sudah lama kk. Kami banyak dulu tinggal disitu tapi tidak ku tahu dimana semuami.
Tampak raut wajah kebingungan  dengan apa yang di ceritanya sendiri dan dengan setiap pertanyaan yang kami ajukan.
Dia kini tinggal sendiri bermain dan mencari makan kepada siapapun yang mau memberinya. Â Jika ingin menemunya dan ingin membantunya carilah di sekitaran Pantai Seruni.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H