Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pembelajaran yang Menyenangkan Itu Seperti Apa Sih?

15 Januari 2025   21:02 Diperbarui: 15 Januari 2025   21:02 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN ITU SEPERTI APA SIH?*

Oleh Idris Apandi
(Praktisi Pendidikan)

Secara umum pembelajaran yang menyenangkan dibayangkan atau ditafsirkan sebagai pembelajaran yang riang gembira penuh suka cita. Guru yang murid tertawa bersama. Selain itu, dalam suasana yang gembira, juga ada hiburan, ada ice breaker, ada adegan jingkrak-jingkrak, menari dan bernyanyi, dan sebagainya. Pandangan ini adalah sebuah keliru/miskonsepsi dan harus diluruskan.  

Pembelajaran yang menyenangkan tidak selalu identik dengan pembelajaran yang penuh dengan hiburan, permainan, atau banyak tertawa terbahak-bahak sepanjang pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang prosesnya "dinikmati" baik oleh guru maupun oleh murid dari awal sampai dengan akhir. Selama proses pembelajaran berlangsung mungkin saja guru dan murid tertawa, tetapi bisa saja mereka tertawa bukan karena "menikmati" proses pembelajaran. Bisa jadi penyebabnya hal lain, seperti menertawakan hal lucu di luar konteks pembelajaran. Atau juga mungkin tertawa karena ada temannya yang terpeleset di kelas atau penampilannya memancing untuk ditertawakan.

Dalam pembelajaran yang menyenangkan terjalin interaksi dan komunikasi yang  interaktif antara guru dan murid. Pembelajaran bisa saja berjalan serius tetapi santai dan bermakna. Murid mengikuti pembelajaran dengan fokus dan sungguh-sungguh sehingga tidak terasa waktu pembelajaran dari menit pertama sudah sampai ke menit terakhir. Murid-murid asik melakukan praktik, mengerjakan proyek, atau eksperimen selama pembelajaran. Saat murid berhasil menyelesaikan sebuah proyek dan mendapatkan apresiasi dari guru dan teman-temannya, maka hal ini akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan baginya.

Interaksi dalam pembelajaran bukan hanya antara guru dan murid, tetapi juga interaksi antara murid dengan murid, murid dengan bahan ajar/sumber belajar, dan murid dengan lingkungan sekitar. Jika ada satu saja hal yang kurang berjalan dengan baik, maka pembelajaran akan membosankan.

Pembelajaran yang menyenangkan pun dipengaruhi oleh minat murid terhadap materi pelajaran, penampilan dan cara guru menyampaikan materi, penilaian murid terhadap guru, dan lingkungan tempat belajar. Kalau murid memang berminat pada mata pelajaran tertentu, maka dia semangat belajar. Sebaliknya, jika yang bersangkutan tidak senang terhadap materi tertentu, maka akan sulit terbangun pembelajaran yang menyenangkan.

Lalu bagaimana dengan ice breaker? Apakah ice breaker tidak berguna dalam membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan? Ice breaker tentu saja berguna. Tujuan ice breaker adalah untuk mengondisikan kesiapan belajar murid, memfokuskan perhatian murid, dan mengusir kebosanan. Ice breaker dilakukan hanya pada waktu tertentu saja dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam pembelajaran tidak harus selalu ada ice breaker. Karena ice breaker bukan "menu utama" pembelajaran, tetapi hanya "bumbu penyedap" saja. Terlalu sering ice breaker atau ice breaker-nya tidak bervariasi bukan membuat  murid senang, tetapi justru jadi membosankan. Guru yang sering melucu bisa jadi juga justru kurang disukai dan jadi kurang berwibawa di mata murid.

Guru yang menyenangkan di mata murid biasanya secara penampilan rapi, cara menyampaikan materinya menarik dan mudah dipahami, tidak tegang saat menjelaskan materi, tidak jaim, humoris, komunikatif, terbuka untuk tanya jawab atau berdiskusi dengan murid, tidak "pelit" nilai, bijak, dan sebagainya.

Pembelajaran adalah sebuah proses yang kompleks. Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bukan hal yang mudah bagi guru. Mengapa? Karena guru berhadapan dengan beragam karakter murid. Cara seorang guru mengajar menurut sebagian murid mungkin menyenangkan, tetapi bagi sebagian lainnya justru membosankan. Oleh karena itu, guru harus menyiasati pembelajaran melalui beragam strategi dan metode.

Kemampuan awal, kondisi fisik dan psikis murid pada saat pembelajaran juga mempengaruhi motivasi dan kegairahan murid selama pembelajaran. Oleh karena itu, asesmen awal sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal, kondisi psikologis, dan minat murid terhadap sebuah materi pelajaran. Belum lagi faktor sarana dan lingkungan belajar. Hal ini juga akan mempengaruhi suasana pembelajaran.

Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Guru adalah desainer sekaligus aktor yang harus banyak "berakrobat" saat pembelajaran. Mengajar adalah seni. Sebagai seni, pembelajaran harus dirancang dan dilaksanakan semenarik mungkin bagi murid. Jangan sampai suatu saat murid ditanya apa dan bagaimana pembelajaran yang menyenangkan itu? Mereka menjawab saat gurunya tidak hadir alias jam kosong (jamkos).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun