Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Jangan Gagap Menyikapi Euforia Deep Learning

6 Januari 2025   11:42 Diperbarui: 7 Januari 2025   04:35 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Deep learning. (KOMPAS/Supriyanto)

Deep learning bisa diintegrasikan atau bisa diimplementasikan pada kurikulum apapun. Sejak zaman CBSA, KTSP, K-13, dan saat ini kurikulum merdeka, deep learning bisa dilakukan.

Begitu pun hal-hal yang pernah menjadi trending topic seperti CTL, STEM, pendekatan saintifik, HOTS, pembelajaran berdiferensiasi, dll. Hal-hal tersebut tidak identik dengan "milik" kurikulum tertentu. Semua bisa dilakukan pada berbagai label kurikulum. Mengapa? Karena kurikulum hanya sebuah "alat" dalam pembelajaran. Dan pemanfataan "alat" tergantung kepada gurunya.

Berdasarkan kepada hal tersebut, para guru tidak perlu "gagap" terkait dengan ramainya wacana dan rencana implementasi deep learning dalam pembelajaran. Lakukan saja pembelajaran seperti biasanya sesuai dengan gaya mengajar guru. Yang penting guru mengajarnya menyenangkan, murid betah belajar bersama gurunya. Mengapa? Karena mengajar pada hakikatnya adalah sebuah seni.

Guru pun tidak perlu gelagapan dalam mengimplementasikan deep learning. Deep learning orientasinya memang mengarahkan kepada kemampuan berpikir (kognitif) tingkat tinggi (HOTS/ Higher Order Thinking Skills) yaitu menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mencipta (C-6). Walau demikian, guru tidak selalu langsung menerapkannya. Guru harus menyampaikan materi dari dasar dahulu agar siswa tidak mengalami kesulitan. Apalagi, jika siswanya ada yang kemampuan awalnya rendah.

Sebelum masuk ke deep learning (pembelajaran mendalam), guru sebaiknya mengawalinya dengan surface learning (belajar dari permukaan/awal) atau kemampuan berpikir (kognitif) tingkat rendah (LOTS/ Lower Order Thinking Skills) yaitu mengetahui (C-1), memahami (C-2), dan mengaplikasikan (C-3). Siswa belajar secara bertahap sebagaimana mengacu pada Taksonomi Bloom.

Dengan demikian, deep learning jangan dijadikan beban baru bagi guru karena hal tersebut mungkin sudah bahkan sedang dilakukan oleh guru saat ini di kelas. Tinggal dipahami lebih lanjut konsep dan implementasinya agar tidak terjadi miskonsepsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun