Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

6 Hal yang Harus Diperhatikan agar Pendisiplinan Murid Tidak Menjadi Boomerang bagi Guru atau Sekolah

9 November 2024   08:11 Diperbarui: 11 November 2024   10:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Kegiatan belajar mengajar di kelas. (Kompas.com/Garry Lotulung)

Oleh IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Beberapa waktu yang lalu beredar konten video yang isinya guru membiarkan murid-murid yang nakal, berkelahi, dan melanggar aturan sekolah. Sang guru hanya melihat sebentar, lalu pergi begitu saja. 

Pada captionnya ditulis bahwa guru tidak lagi mau mendisiplinkan murid yang melanggar aturan karena takut dilaporkan ke polisi. Kemudian, ada video di sebuah sekolah, guru membiarkan dua orang murid berkelahi dan ditonton oleh murid dan guru karena merasa sudah jengkel membina mereka.

Lalu ada video dua orang murid yang hampir berkelahi, tapi guru tidak memisahkan mereka. Guru malah memvideo-call polisi agar polisi memberikan nasihat kepada dua murid tersebut. Lalu muncul video kasus seorang murid SD berjenis kelamin perempuan yang rambutnya dipotong sampai botak oleh guru karena di kepalanya banyak kutu.

Konten video yang isinya guru membiarkan murid-muridnya yang melanggar aturan pada dasarnya adalah sebuah satire atau sindiran terhadap kondisi yang saat ini terjadi. Guru merasa tidak memiliki kemerdekaan dalam mendisiplinkan murid-muridnya. 

Mereka dihantui rasa takut dilaporkan ke polisi atau mendapatkan persekusi dari oknum orangtua murid yang tidak terima anaknya diberikan hukuman atau didisiplinkan. Oleh karena itu, lebih baik mereka diam saja daripada berurusan dengan hukum, walau dalam hatinya, mereka tidak ingin seperti itu. 

Ada juga bentuk protes yang lebih reaktif, yaitu kalau anaknya tidak mau didisplinkan oleh guru, silakan orangtuanya membuat sekolah sendiri, ajar oleh sendiri, nilai oleh sendiri, dan buat rapor sendiri.

Salah satu tujuan proses pendidikan di sekolah adalah menanamkan disiplin kepada murid. Di sekolah ada tata tertib yang harus ditaati murid. Pada tata tertib diatur hal yang wajib dan dilarang dilakukan oleh murid, beserta sanksi yang diberikan jika tata tertib dilanggar. 

Pada praktiknya, kadang hukuman disiplin yang diberikan guru kepada murid tidak sesuai dengan tata tertib yang telah ditetapkan dan menjurus menjadi tindakan kekerasan. 

Hal inilah yang sering memicu terjadi masalah hukum. Bagi sebagian guru, profesi guru saat ini terasa menjadi profesi berisiko tinggi. Bisa berurusan dengan hukum, mendapatkan kekerasan dari oknum murid, atau kekerasan dari oknum orangtua/wali murid, sedangkan perlindungan terhadap profesi guru dinilai masih lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun