literasi dan numerasi di satuan pendidikan masih rendah.Â
Salah satu tantangan sekolah saat ini adalah meningkatkan mutu pembelajaran. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mutuPada rapor pendidikan di setiap satuan pendidikan pun tercantum capaian aspek literasi dan numerasi. Hal inilah yang menjadi dasar bagi sekolah untuk meningkatkan mutu literasi dan numerasi melalui penguatan pembelajaran dan kegiatan lainnya.
Begitu pun yang dilakukan di SDN 1 Cilandak Kecamatan Cibatu Kab. Purwakarta. Walaupun capaian literasi dan numerasi di sekolah ini sudah kategori baik, tapi bukan berarti kepala sekolah dan guru-gurunya berpuas hati.Â
Sekolah tetap berupaya untuk lebih meningkatkannya lagi. Pada rapor pendidikan tahun 2024 kemampuan literasi peserta didik sebesar 93,33.Â
Naik sebesar 23,33% dari tahun 2023 dengan capaian 70. Capaian aspek numerasi sebesar 73,33. Naik sebesar 23,33% dari tahun 2023 dengan capaian 50.Â
Walau capaian literasi dan numerasi di sekolah ini sama-sama meningkat, tetapi aspek numerasi perlu lebih mendapatkan prioritas untuk ditingkatkan lagi karena capaiannya baru sebesar 73,77, sedangkan aspek literasi sudah mencapai 93,33.
Berdasarkan hal tersebut, maka guru-guru SDN 1 Cilandak  melakukan upaya untuk meningkatkan mutu numerasi. Salah satunya melalui proyek menanam padi pada bekas galon air di kelas V.Â
Apakah ada kaitan antara proyek tersebut dengan peningkatan numerasi peserta didik? Tentu saja ada dan sangat relevan.Â
Proyek ini dilakukan mulai tanggal 2 September 2024. Anissa Rahmawati, guru kelas V SDN 1 Cilandak mengatakan bahwa proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan numerasi peserta didik.Â
Selain itu, kemampuan berpikir kritis (critical thinking) peserta didik diasah melalui kegiatan tersebut. Proyek pembelajaran menanam padi pun sejalan dengan kebijakan Tatann di bal atikan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Purwakarta dan menjadi salah satu tema Proyek Penguatan Profil Pencasila (P5).
Pada proyek tersebut, setiap peserta didik memiliki 1 wadah yang ditanami padi. Dengan dibantu oleh penjaga sekolah dan guru, pada peserta didik menyiapkan galon, media tanam, dan bibit padi.Â
Sedangkan dari tahap persiapan saja, kemampuan numerasi peserta didik sudah ditingkatkatkan. Minimal pada tahap mengetahui. Misalnya 1 orang peserta didik masing-masing memiliki 1 buah galon bekas air mineral, lalu menentukan berapa butir bibit padi yang akan ditanam, berapa takaran tanah/ media tanam yang diperlukan, dan berapa kali tanaman harus disiram dalam 1 hari.
Dalam prosesnya, peserta didik setiap hari memantau perkembangan dan mengukur tinggi padi, kemudian mencatatnya pada buku jurnal yang disiapkan oleh guru.
Pertumbuhan setiap padi bisa saja berbeda-beda. Hal ini pun bisa menjadi sarana untuk membangun kemampuan berpikir kritis dan analitis peserta didik. Mereka bisa mengamati, bertanya kepada guru, dan berdiskusi dengan teman-temannya.
Beberapa orang peserta didik kelas V, yaitu Achmad Fauzan Abiyyu, Aufa Rijal Rais, Mayla Rahayu Faranisa, dan Ranisya Aulia Putri mengamati wadah padinya masing-masing. Mereka mengukur tinggi tanaman padi.Â
Tingginya pun bervariasi. Per Kamis, 19 September 2024, tingginya ada yang 19 cm dan ada pula yang 17 cm. Pertanyaan yang bisa dimunculkan misalnya mengapa tingginya berbeda? Apa penyebabnya? Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan padi? Bagaimana cara untuk memacu pertumbuhan padi? Dan sebagainya.
Melalui tanya jawab antara guru dan murid, sebenarnya bukan hanya aspek numerasi saja yang ditingkatkan, aspek literasi pun ikut ditingkatkan, karena antara literasi (membaca) dan numerasi (angka) ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.Â
Literasi dan numerasi adalah  kemelekkan dasar yang harus dimiliki oleh manusia. Dua-duanya saling melengkapi. Melalui kegiatan menanam padi, guru dapat menguatkan literasi pertanian, literasi gizi, dan literasi lingkungan kepada peserta didik.
Numerasi adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis data-data atau angka-angka sebagai dasar untuk mengambil keputusan.Â
Numerasi bukan matematika, tetapi matematika mendukung kemampuan numerasi. Kemampuan numerasi yang baik akan melahirkan seseorang yang cermat, penuh perhitungan, dan bijak dalam mengambil keputusan.
Kemampuan  numerasi akan berkembang melalui praktik dan latihan menjawab soal-soal, studi kasus, atau pembelajaran berbasis masalah.Â
Bukan hanya MIPA, tetapi semua mata pelajaran bisa dijadikan sarana untuk menguatkan kemampuan numerasi, karena numerasi tidak lepas dari kehidupan sehar-hari.Â
Praktik menguatkan numerasi dengan menggunakan bilangan, aljabar, geometri, dan data dan ketidakpastian akan semakin meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penguatan numerasi peserta didik di kelas bukan hanya sebatas mengenalkan angka-angka, tetapi juga harus mampu menerapkan dan menalarnya.Â
Misalnya, jika mengacu kepada contoh proyek menanam padi di atas, selain mengukur dan mencatat pertumbuhan tanaman padi, juga diarahkan untuk menganalisis pertumbuhannya dari mulai menanam hingga panen.Â
Mereka pun harus mampu merawatnya dengan baik. Dengan demikian, selain menguatkan literasi dan numerasi, guru juga menumbuhkan jiwa peneliti kepada peserta didik.Â
Karakteristik seorang peneliti antara lain memiliki rasa ingin tahu, berpikir kritis, tidak cepat puas, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Dalam konteks pendidikan karakter, proyek menanam padi di SDN 1 Cilandak dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan kartakter tanggung jawab, kerjasama, teliti, ulet, sungguh-sungguh, cinta dan peduli lingkungan, kreativitas, dan sebagainya.Â
Peserta didik pun mendapatkan pendidikan vokasi atau pendidikan kecakapan hidup (life skill). Mereka diajari untuk bercocok tanam dan bertani.Â
Hal yang justru saat ini sudah kurang diminati oleh generasi Z. Intinya, dari satu program, jika dikelola dengan baik, manfaatnya akan dirasakan dari berbagai sisi.
Peserta didik pun merasa senang dengan pembelajaran proyek yang dilakukan di SDN 1 Cilandak, karena memberikan pengalaman langsung kepada mereka.Â
Kemampuan bercocok tanam atau bertani yang didapatkan bukan berarti mendorong mereka semuanya untuk menjadi petani, tetapi setidaknya punya pengetahuan dan kemampuan dasar dalam bercocok tanam.Â
Jika pun ada diantara mereka yang menjadi petani atau sarjana pertanian, maka pengalaman bercocok tanam di sekolah akan menjadi bekal dan pengalaman berharga bagi mereka.
Dalam pembelajaran yang efektif, terdapat guru yang kreatif. Hal itulah yang ditunjukkan oleh guru-guru SDN 1 Cilandak dalam meningkatkan kemampuan numerasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam menyukseskan implementas kurikulum merdeka.Â
Saat ini, proyek peningkatan kemampuan numerasi peserta masih terus dilakukan melalui proyek menanam padi. Prosesnya harus terus dipantau disertai dengan bimbingan dari guru. Semoga suatu saat hasilnya dapat digapai dengan riang gembira sambil merayakan panen padi dari hasil positif perjuangan mereka bercocok tanam.
Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)
Inspirasi dari SDN 1 Cilanda Kab. Purwakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H