Oleh Idris Apandi
Dalam sebuah lembaga, termasuk lembaga pemerintah, saat ini keberadaan unit kerja khusus yang mengelola media sosial menjadi kebutuhan yang krusial. Sebuah lembaga rata-rata memiliki beragam kanal media sosial (medsos), seperti laman (web), YouTube, IG, Tiktok, X (dahulu Twitter), dan FB. Ada admin khusus yang mengelola beragam kanal medsos tersebut.Â
Perkembangan teknologi, perubahan media dan sarana komunikasi, kebutuhan penyampaian informasi secara cepat, tren, selera, dan kebutuhan masyarakat terhadap informasi perlu ditanggapi secara cepat oleh lembaga pemerintah.
Program pemerintah harus disosialisasikan kepada masyarakat secara efektif dan komunikatif, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat. Sosialisasi dan komunikasi program biasanya ditugaskan ke dinas komunikasi, humas, atau tim media.Â
Keberadaan tim tersebut harus ditunjang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional. Apalagi saat ini, serba dengan pemanfaatan teknologi dan aplikasi, staf yang ada di tim media atau humas harus paham dan piawai dengan pemanfaatan beragam media dan aplikasi untuk penyampaian beragam informasi dari lembaga tempatnya bertugas.
Peningkatan kompetensi SDM menjadi hal yang mutlak diperlukan. Bentuk peningkatan kompetensinya antara lain; mengoptimalkan komunitas belajar (kombel) di lembaga, In House Training (IHT), Workshop, kursus, magang, media visit, dan sebagainya. Jika SDM terbatas, maka pemenuhan kebutuhan SDM menjadi hal yang perlu diprioritaskan.
Selain itu, lembaga pemerintah bisa juga bermitra dengan media, content creator, influencer, atau Key Opinion Leader (KEL) untuk membantu menyebarkan, mengampanyekan, menyosialisasikan, dan membangun persepsi positif dari masyarakat.Â
Persepsi positif masyarakat akan menjadi sumber kekuatan dalam pelaksanaan program. Masyarakat menyambut baik, terdorong ikut berpatisipasi, dan ikut menyampaikan kepada pihak lainnya. Dengan demikian, warga masyarakat bisa menjadi agen-agen penyebar informasi sehingga penyebaran informasi semakin masif.
Pesan yang dikemas dengan sederhana tetapi mudah dipahami dan memiliki makna yang mendalam menjadi hal yang perlu dibuat oleh tim media. Hal ini menjadi hal penting dalam strategi komunikasi publik. Beragam aplikasi media sosial bisa dimanfaatkan. Ditambah adanya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) membantu untuk mempercepat dan mengefektifkan sebuah pekerjaan.
Penyampaian sebuah informasi saat ini berpacu dengan waktu. Momentum menjadi hal yang sangat penting untuk diperhitungkan. Jangan sampai sebuah informasi yang sebenarnya penting, menjadi kurang penting, bahkan tidak penting lagi karena momentumnya sudah terlewat. Oleh karena itu, kesigapan tim media menjadi hal yang sangat penting.
Kreativitas, intuisi, kemampuan mengeksplorasi ide, dan passion menjadi modal yang sangat penting dimiliki orang yang bertugas membuat konten-konten media sosial. Agar konten-konten yang dihasilkan tetap segar dan kekinian, tim media harus banyak melakukan riset terkait dengan bentuk dan jenis konten yang banyak digemari oleh masyarakat. Kemudian media apa yang banyak digunakan oleh masyarakat dengan beragam karakter dan beragam generasi.
Tim media perlu melakukan banyak "belanja ide" sebagai sumber inspirasi untuk membuat konten-konten yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Caranya dengan banyak membaca, mengamati konten-konten yang relevan dengan kebutuhan dan tren kekinian, observasi ke tempat tertentu, atau wawancara dengan narasumber.Â
Prinsip Adaptasi Tiru dan Modifikasi (ATM) bisa dilakukan mengingat mungkin saja sudah ada konten yang sudah dibuat oleh content creator lain untuk menyampaikan pesan yang sama. Sesama content creator bisa berkolaborasi membuat konten yang sama. Konten yang unik, menarik, dan inspiratif biasanya viral dan dapat membangun opini publik.
Riset yang dilakukan oleh digital Invinyx dan lembaga survei Jakpat merilis laporan terbaru "Pemetaan Strategi Influencer di Media Sosial". Platform Instagram tetap menjadi media sosial paling populer di kalangan Gen Z selama 2023.Â
Di mana, secara keseluruhan ada tiga platform media sosial yang terpopuler dan sering diakses responden, yakni Instagram (94 persen), YouTube (91 persen), dan TikTok (81 persen). Berdasarkan laporan yang sama, ternyata pengguna media sosial di Indonesia menyukai format konten vlog, podcast, dan story.
Sarana-prasarana menjadi faktor penunjang dalam pembuatan konten media sosial. Oleh karena itu, lembaga pun harus memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana-prasarana penunjangnya.Â
SDM yang kompeten dan ditunjang oleh sarana-prasarana yang refresentatif akan mendukung kinerja dan mengoptimalkan pembuatan konten oleh tim media dalam sebuah lembaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H