Sisanya, sekolah-sekolah yang belum mendaftar mengimplementasikan kurikulum merdeka, didorong untuk mendaftar baik melalui aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) maupun secara konvensional (bagi sekolah yang terkendala teknis) serta mengimplementasikannya paling lambat tahun pelajaran 2026/2027.
Tahun 2024 adalah tahun terakhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua. Banyak pertanyaan yang muncul, khususnya dalam bidang pendidikan, bagaimana keberlanjutan pendidikan nasional. Apakah ganti menteri akan ganti kebijakan? Bagaimana nasib kurikulum merdeka jika menteri berganti?
Jawabannya mungkin akan ada pascapelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka selaku presiden dan wakil presiden 2024-2029 terpilih tanggal 20 Oktober 2024. Siapa Mendikbudristek berikutnya? Keputusannya ada di tangan presiden karena penunjukkan menteri sepenuhnya hak prerogatif presiden karena menteri adalah pembantu presiden.
Siapa pun Mendikbudristek yang nanti terpilih, masyarakat pendidikan pada intinya berharap ada peningkatan dan perbaikan, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan guru, kesejahteraan guru, peningkatan kompetensi guru, perlindungan terhadap guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik, peningkatan mutu sarana dan prasarana penunjang pendidikan, kemudahan terhadap akses dan layanan pendidikan, biaya pendidikan gratis dan terjangkau, dan sebagainya.
Terkait dengan kurikulum merdeka, cukup banyak pelaku pendidikan yang bertanya apakah kurikulum merdeka akan dilanjutkan?Â
Sekali lagi, tergantung kepada kebijakan Mendikbudristek yang nanti ditunjuk oleh Presiden Prabowo Subianto. Walau demikian, tentunya, kita berharap bahwa hal yang sudah baik dilanjutkan serta ditingkatkan, dan hal yang belum baik diperbaiki.
Kurikulum Merdeka sudah banyak disosialisasikan melalui berbagai sarana dan media seperti seminar, webinar, dan pelatihan. Para guru diarahkan untuk mengakses Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai sumber informasi, inspirasi, sarana berbagi, sarana berkomunikasi dalam komunitas belajar, serta pelatihan secara mandiri.Â
Hadirnya aplikasi PMM sebagai upaya untuk memberikan kepada setiap guru untuk mendapatkan pelatihan tanpa dibatasi ruang dan waktu. Selama ini muncul anggapan dan keluhan dari Sebagian guru bahwa hanya guru-guru tertentu saja yang mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan.Â
Dengan adanya PMM, maka anggapan dan keluhan tersebut dapat dihilangkan. Intinya, sarana sudah ada. Semuan guru memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelatihan melalui PMM. Tinggal dimanfaatkan oleh para guru.
Walau demikian, dibalik tujuan yang baik dengan adanya PMM, ada juga keluhan bahwa PMM menjadi beban guru, menyita waktu guru, dan mengganggu tugas mengajar di kelas. Apalagi sampai guru harus membuat aksi nyata dengan kondisi kemampuan yang terbatas.Â
Menurut saya, intinya adalah pada manajemen waktu. Cukup banyak guru yang sudah menyelesaikan modul-modul pelatihan dan membuat aksi nyata.Â