Tur tidak harus dimaknai bepergian ke tempat yang jauh, tetapi bepergian, berkeliling ke lokasi yang dituju untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, atau metode lainnya.Â
Di era digital ini, bahkan "touring" bisa dilakukan melalui perangkat virtual. Walau demikian, boleh pula sekolah berkunjung ke lokasi yang jauh dengan catatan ada kesepakatan orang tua dengan sekolah, ada jaminan keamanan, dan semua persyaratan administrasi kegiatan terpenuhi.
Kaitannya dengan study tour, yang terjadi adalah miskonsepsi dan salah kaprah. Study tour hanya identik dengan bepergian ke sebuah tempat dengan menggunakan kendaraan.Â
Hal tersebut tentunya tidak lepas dari dana yang kadang memberatkan orangtua peserta didik dengan kondisi ekonomi yang beragam. Kadang, tidak bisa dipungkiri, orang tua tidak memiliki daya tawar untuk menolak saat sekolah ada program study tour.
Rapat yang melibatkan komite sekolah kadang hanya bersifat formalitas karena segala sesuatunya sudah ditetapkan oleh sekolah. Komite sekolah yang seharusnya menjadi perwakilan orang tua peserta didik, tetapi justru cenderung lebih berperan sebagai juru bicara sekolah.Â
Sebelum rapat, pihak sekolah kadang "mengondisikan" ketua komite agar menyetujui dan mendukung kegiatan tersebut, dan menyampaikannya kepada orangtua peserta didik.
Walau pihak sekolah menyampaikan bahwa kegiatan tersebut tidak bersifat paksaan, tetapi sebagian orangtua peserta didik kadang berada posisi yang dilematis dan serba salah.Â
Mau protes takut nanti berdampak buruk terhadap anaknya. Takut anaknya "ditandai", dikucilkan, dan menanggung rasa malu. Jadi, pada akhirnya orang peserta didik menyetujui dan mengizinkan anaknya mengikuti study tour.
Kegiatan study tour tentunya tidak hanya diikuti oleh peserta didik saja, tetapi juga ada guru yang bertugas mendampingi peserta didik. Walau demikian, hal ini memunculkan tuduhan bahwa kegiatan tersebut sebagai ajang cari untung pihak sekolah.Â
Peserta didik yang membayar, tapi guru ikut juga. Tuduhan tersebut belum tentu benar. Karena mungkin saja sekolah pun sudah menyediakan anggaran untuk guru pendamping.
Tujuan utama dari study tour adalah memberikan kesempatan belajar dan pengalaman lapangan kepada peserta didik. Setelah berkunjung ke lokasi tertentu, disertai dengan kunjungan wisata. Istilahnya, sekali mendayung, 2-3 pulau terlampaui. Ilmunya dapat, hiburannya juga dapat.