Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Ramah Guru dan Tenaga Kependidikan

7 Mei 2024   15:42 Diperbarui: 8 Mei 2024   02:46 4132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi guru di sekolah (kompas.com)

Saya kira, dalam konteks sarana dan prasarana, kondisi yang diperlukan oleh guru dan tenaga kependidikan bukan berarti hal yang serba ideal, karena mereka pun realistis dengan kondisi sekolah tempatnya bekerja. Minimal, mereka dapat bekerja dengan aman, dan lancar dengan sarana yang ada.

Dalam konteks psikologis, komunikasi yang terjalin dengan baik antarwarga sekolah, suasana keleluargaan, dan suasana kebersamaan dapat mendukung sekolah yang ramah guru dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah memberikan perhatian dan perlakuan yang sama dan egaliter terhadap semua guru dan tenaga kependidikan. Tidak ada yang dianakemaskan dan tidak ada yang dianaktirikan.

Semua guru dan tenaga kependidikan dilibatkan dalam pengambilan keputusan, diminta saran dan pendapatnya, didengar keluhan-keluhannya, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kemampuan sekolah. Tidak ada kelompok eksklusif di sekolah. Guru dan tenaga kependidikan senior menyayangi yang senior menyayangi guru dan tenaga kependidikan junior. Sedangkan yang junior menghormati yang senior. Selain itu, semangat soliditas dan solidaritas harus ditumbuhkan diantara mereka.

Dalam konteks penghasilan, walau hal ini bersifat relatif, tetapi pada dasarnya setiap guru dan tenaga kependidikan memiliki kebutuhan yang sama. Oleh karena itu, mereka harus mendapatkan penghasilan yang layak. Hal yang berbeda hanya soal keinginan. Dan ini yang kadang menyebabkan besar pasak daripada tiang. Di satu penghasilan terbatas tetapi di sisi lain keinginan tidak terbatas. Rendahnya penghasilan dan tingginya kebutuhan serta keinginan disinyalir menjadi penyebab guru dan tenaga kependidikan banyak yang terjerat pinjaman online (pinjol).

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2023 menyatakan bahwa guru menjadi kelompok masyarakat yang paling banyak terjerat pinjol dengan angkat sebesar 42%. Tidak bisa dipungkiri, ada guru yang saat ini masih nyambi mencari penghasilan tambahan dengan cara berjualan, pengemudi ojek online (ojol), jasa make up, hingga menjadi pemulung. Bahkan ada guru yang akhirnya mengundurkan diri dari sekolah dan memilih bekerja menjadi kurir jasa titipan dengan pertimbangan gajinya lebih besar.

Guru dan tenaga kependidikan yang terjerat dan dikejar-kejar oleh tagihan pinjol tentunya tidak akan bisa tenang dan fokus dalam bekerja. Dampaknya, motivasi kerja menurun. Akibatnya, peserta didik bisa jadi korban.

Dengan demikian, sekolah yang ramah guru dan tenaga kependidikan bukan hanya diciptakan oleh pemerintah, yayasan, dan pimpinan sekolah, tetapi juga oleh dirinya sendiri. Mereka harus memiliki semangat kebersamaan dan kekeluargaan, memiliki semangat dan kepedulian terhadap penataan lingkungan sekolah agar sekolah ramah bagi mereka dapat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun