Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cegah Bencana, Mulai dari Gerakan Membuang Sampah pada Tempatnya

24 April 2024   11:19 Diperbarui: 26 April 2024   00:14 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

*CEGAH BENCANA, MULAI DARI GERAKAN MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA*
Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Indonesia adalah salah satu negara yang rawan bencana. Baik bencana alam maupun bencana nonalam. Kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki gunung berapi, berada di garis katulistiwa, kontur daerah pegunungan, perbukitan, dan lautan menjadi potensi terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, longsor, dan pergeseran tanah. 

Sedangkan bencana nonalam lebih banyak disebabkan oleh tangan-tangan jahat manusia. Penggundulan hutan, peralihan fungsi lahan, kebiasaan membuang sampah sembarangan, dan limbah pabrik menjadi penyebabnya. Banjir dan longsor, selain disebabkan faktor alam seperti curah hujan yang tinggi, juga bisa disebabkan oleh perilaku manusia seperti membuang sampah sembarangan dan menggunduli hutan secara tidak terkontrol atau tidak disertai dengan reboisasi.

Sebagai negara yang rawan bencana, Indonesia mendirikan lembaga yang khusus mencegah dan menangani bencana baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Beberapa kementerian terkait pun menganggarkan dana untuk menangani bencana. Dalam konteks pendidikan, dibentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan kurikulum pendidikan siaga bencana. 

Komunitas dan relawan bencana pun muncul sebagai bentuk aksi dan kepedulian terhadap bencana. Tanggal 26 April diperingati sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana. Hal tersebut tentunya baik untuk mengingatkan semua pihak agar waspada, siaga, dan siap jika suatu saat terjadi bencana. Hal ini tentunya tidak lepas dari edukasi pencegahan bencana. Bukan hanya di level satuan pendidikan, tetapi juga di level keluarga dan masyarakat, karena semua orang harus tahu dan paham cara menghadapi bencana.

Berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait untuk mencegah dan menangani bencana tentunya bagus dan patut didukung oleh semua pihak. Berbagai pihak terkait perlu berkolaborasi dan bersinergi dalam menyusun rencana dan melaksanakan aksi pencegahan bencana. Pada tulisan ini saya ingin menyoroti hal yang mudah dan sederhana tapi bermakna dalam mencegah terjadinya bencana, khususnya bencana nonalam, yaitu pembiasaan membuang sampah pada tempatnya.

Pembiasaan membuang sampah pada tempatnya terkesan seperti hal yang mudah, tetapi faktanya masih sulit dilakukan. Beberapa waktu yang lalu, pada waktu arus mudik dan balik idulfitri 1445 H viral seorang pemuda turun dari mobil dan membuang sampah ke Sungai di bawah jembatan. 

Ada juga oknum pejabat yang membuang sampah dari mobilnya. Orang yang berpendidikan pun belum tentu sadar terkait bahaya dan dampak membuang sampah sembarangan. Mereka seenaknya saja membuang sampah sembarangan. Kadang kalau ditegur atau diingatkan, mereka tidak terima, balik marah. Baru setelah diviralkan, baru menyesal dan  meminta maaf.

Dampak dari kebiasaan membuang sampah sembarangan bisa kita lihat dari kondisi selokan, sungai, dan pantai yang penuh dengan sampah. Ada Ikan paus yang mati dan didalam perutnya ada sekitar 1 ton sampah plastik. Ini salah satu contoh dampak mengerikan dari kebiasaan membuang sampah, khususnya sampah yang anorganik atau sampah beracun secara sembarangan. 

Belum lagi limbah rumah tangga dan limbah pabrik membuat pencemaran lingkungan semakin parah. Bahkan menyebabkan terjadinya bencana ekologis. Flora dan fauna yang hidup di sekitar lahan, sungai, dan laut banyak yang mati dan terancam musnah.

Pembiasaan membuang sampah pada tempatnya perlu dilakukan mulai dari lingkungan keluarga, satuan pendidikan, tempat bekerja, fasilitas publik, dan lingkungan secara umum. Strategi yang dilakukan melalui edukasi, himbauan, pemasangan rambu-rambu peringatan, dan penegakkan hukum. Mengapa orang Indonesia misalnya kalau pergi Singapura misalnya mendadak jadi taat aturan dan takut membuang sampah sembarangan? 

Karena disana aturan yang tegas dan dilaksanakan secara konsisten oleh pemerintah. Buang sampah sembarangan? siap-siap saja mendapatkan sanksi hukuman atau denda. Hal inilah yang nampaknya masih lemah di Indonesia. Lemah dalam penegakkan hukum. Dan kalau pun ada penegakkan hukum, hukumannya tidak membuat efek jera.

Selain membangun kesadaran, pembiasaan, dan gerakan membuang sampah pada tempatnya di kalangan Masyarakat, hal yang tidak kalah pentingnya juga adalah perlunya penyediaan sarana penunjangnya seperti adanya tempat sampah di titik tertentu. 

Dan akan sangat baik jika tempat sampah itu sudah ada kategorinya, mulai dari tempat sampah organik (daun, ranting, sayuran, dan sisa makanan), anorganik (plastik, kaleng, dan styrofoam), sampah kertas, sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan sampah residu (bekas pembalut, bekas popok, puntung rokok, dan bekas permen karet). Yuk, cegah bencana mulai dari hal yang mudah ringan seperti membuang sampah pada tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun