Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kapan Asesmen Diagnostik Dilakukan oleh Guru?

15 Januari 2024   15:20 Diperbarui: 16 Januari 2024   16:35 5606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru perlu mengecek kemampuan awal murid agar guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang harus dilakukan serta bahan ajar yang disesuaikan dengan kemampuan awal murid. 

Guru dapat menyampaikan soal, kuis, atau pertanyaan yang sifatnya ringan-ringan saja. Tujuannya hanya sebagai pemantik saja. Cukup disampaikan secara lisan, tidak harus secara tertulis. Jumlah soal atau pertanyaan yang disampaikan juga seperlunya saja.

Dalam konteks non-kognitif, bisa saja kondisi psikologis murid berbeda di pertemuan sebelumnya dengan pertemuan yang akan dijalani. Misalnya, pada pertemuan sebelumnya dia terlihat senang, antusias, dan aktif mengikuti pembelajaran belajar, bisa jadi pada hari itu dia sedang sedih, malas, atau kurang bersemangat belajar karena sedang ada masalah pribadi. Oleh karena itu, sebaiknya guru mengidentifikasi dulu kondisi psikologis murid sebelum memulai pembelajaran. 

Jika ada murid yang belum fokus belajar, maka guru perlu memberikan treatment, misalnya melalui ice breaker "tepuk fokus", bernyanyi, game, kuis, dongeng, cerita ringan, dan sebagainya yang bisa membangkitkan semangat belajar dan fokus murid dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut tidak perlu yang waktu lama, karena tujuannya hanya untuk memancing dan membangkitkan semangat belajar murid.

Saat guru menyapa atau bertanya kepada murid seperti; "apa kabar?", "bagaimana perasaan kalian hari ini?", "apakah kalian seiap belajar?", "apakah kalian senang belajar matematika bersama ibu?", atau "siapa yang belum sarapan?", itu juga adalah bentuk asesmen diagnostik non-kognitif. 

Peserta didik bisa menjawab atau merespons secara spontan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tidak memerlukan waktu yang lama.

Berdasarkan hal tersebut, maka asesmen diagnostik bisa dan sebaiknya dilakukan pada saat sebelum pembelajaran. Walau demikian, teknisnya diserahkan sepenuhnya kepada guru, karena guru yang paling tahu kondisi setiap murid. 

Kalau memang guru sudah tahu kemampuan awal, kebutuhan belajar, atau suasana psikologis murid tidak tampak ada perubahan, atau masih mempelajari materi yang sama dengan pertemuan dengan pertemuan sebelumnya, maka asesmen diagnostik tidak perlu dilakukan pada awal pertemuan, karena justru berpotensi akan membuat murid bosan dan membuang-buang waktu.

Intinya, asesmen diagnostik sangat bagus dan sangat disarankan dilakukan oleh guru tiap sebelum pertemuan. Walau demikian, hal tersebut tidak mutlak atau bersifat fleksibel. 

Silakan lakukan sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan pembelajaran pada saat itu. Asesmen diagnostik jangan sampai jadi beban baik guru maupun bagi murid. 

Lakukan pembelajaran dengan enjoy. Jangan sampai karena guru melakukan asesmen diagnostik yang terlalu sering atau terlalu lama, kegiatan pembelajaran menjadi terganggu. Guru yang paling tahu apa yang harus dilakukan pada kelas yang diampunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun