Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Transformasi Sekolah, Mulailah dari Kebersihan Toilet Sekolah

4 Januari 2024   11:37 Diperbarui: 5 Januari 2024   06:04 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toilet sekolah (KOMPAS.id)

Kita sering mendengar jargon sekolah sehat, sekolah ramah anak, sekolah adiwiyata. Hal tersebut akan sulit terwujud jika sekolah kurang memiliki toilet yang layak untuk murid. Sekolah kadang sibuk dengan menata halaman depan dan taman sekolah sebagai "wajah" sekolah, tapi kurang memperhatikan kondisi toilet sekolah. 

Saya pernah berkunjung ke sebuah sekolah. Gedung sekolahnya cukup bagus, berlantai dua, halaman depannya tampak cukup indah, bersih, dan tertata rapi. Namun, saat saya memasuki toilet, khususnya toilet siswa, kondisinya memprihatinkan. 

Toilet kotor, banyak daki menempel, tercium bau yang menyengat, pada dinding toilet terdapat tulisan-tulisan iseng, bahkan ada gambar dan dan tulisan yang kurang etis.

Kondisi ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya tidak sebandingnya antara jumlah siswa dengan jumlah toilet yang tersedia, terbatasnya jumlah tenaga kebersihan di sekolah, atau masih kurang sadarnya menjaga kebersihan toilet dari sebagian besar siswa. 

Pada banyak sekolah, menjaga kebersihan toilet diserahkan kepada penjaga sekolah atau staf. Ada juga sekolah-sekolah elit yang mengontrak office boy dari yayasan tertentu.

Sekian tahun silam, membersihkan toilet masih dijadikan sebagai hukuman bagi siswa yang melanggar aturan disiplin di sekolah. Oleh karena itu, ada kesan bahwa membersihkan toilet bukan tugas atau kewajiban semua warga sekolah, tetapi hanya tugas pihak tertentu atau sanksi bagi siswa yang melanggar aturan disiplin sekolah. Banyak siswa yang hanya mau menggunakan toilet tapi enggan untuk menjaga kebersihannya. Bahkan untuk membersihkan kotorannya sendiri yang masih enggan.

Hal inilah yang harus terus diedukasi kepada siswa. Membersihkan toilet, jangan dijadikan sebagai salah satu alternatif sanksi bagi pelanggar aturan disiplin sekolah, tapi merupakan kewajiban dan tanggung jawab yang mengikat kepada semua warga sekolah. 

Di Jepang, membersihkan toilet merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh guru dan murid. Walau sekolah memiliki tenaga kebersihan, tapi mereka tidak mengandalkan dan tidak ketergantungan kepada petugas kebersihan. Hal ini bisa menjadi bagian dari pembelajaran. Mempraktikkan konsep tentang kebersihan melalui aksi nyata. Berikutnya, membersihkan toilet menjadi sebuah pembiasaan.

Dampaknya bisa kita lihat, misalnya suporter timnas sepak bola Jepang yang setelah menyaksikan pertandingan piala dunia U-17 tahun 2023 di stadion, mereka tidak risih untuk mengambil sampah-sampah di stadion.

Begitupun pemain dan official timnas sepak bola Jepang meninggalkan ruang ganti dalam keadaan bersih. Hal ini harus jadi pelajaran bagi kita bersama, khususnya dalam konteks menjaga kebersihan toilet sekolah.

Saya kira sekolah tidak bisa melakukan sebuah transformasi yang besar jika hal yang kecil seperti menjaga kebersihan toilet saja belum dilakukan secara serius. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun