Dalam mengikuti CGP, bukan hanya diperlukan ketahanan fisik dan stamina, tapi juga diperlukan ketahanan mental. Tugas yang cukup banyak jika tidak dihadapi dengan tenang dan cerdas, maka bisa saja menyebabkan stres sehingga bisa berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental.Â
Oleh karena itu, pendidikan CGP adalah sebuah kawah candradimuka yang selain bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, juga melatih mental, serta membentuk karakter guru sebagai seorang pemimpin pemelajaran.
Kita tentu perlu memberikan apresiasi terhadap calon guru penggerak yang lulus pendidikan CGP. Mereka telah berjuang dengan keras dari awal sampai dengan akhir. Mereka pun wajar bangga dengan pencapaian tersebut.Â
Walau demikian, hal yang paling utama bagi seorang CGP adalah bukan bagaimana dia bisa mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) tersebut, tetapi bagaimana dia bisa menerapkan hal yang dipelajarinya melalui PGP dalam proses pembelajaran, bisa berdampak terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran, menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centre), menciptakan pembelajaran yang bermakna, dan berdampak terhadap pembentukan karakter serta prestasi peserta didik baik dalam aspek akademik maupun non-akademik.Â
Di sinilah komitmen dari lulusan PGP dimulai dan mutunya akan diuji seiring dengan waktu.
Seorang lulusan PGP diharapkan bukan hanya membuat dirinya pintar dan bergerak sendiri, tetapi harus bisa memotivasi, menginspirasi, membantu, dan menggerakkan rekan-rekan sejawatnya melalui komunitas belajar baik di satuan pendidikan tempatnya bertugas atau pun di komunitas antarsatuan pendidikan.
Bahkan diharapkan bisa berdampak lebih luas lagi mengingat saat ini akses untuk komunikasi dan proses pembelajaran bisa dilakukan secara daring via zoom, google for education, atau perangkat digital lainnya.
Dalam konteks karakter, guru lulusan PGP selain kompetensi dalam konteks akademik dan manajerial, diharapkan bisa menjadi teladan, humble, dan membumi (down to earth) sehingga citranya positif dan menginspirasi.Â
Hal ini akan mendukung mereka jika suatu saat dipromosikan untuk karier yang lebih tinggi seperti menjadi kepala sekolah atau pengawas. Dengan demikian, maka jargon bahwa guru penggerak adalah guru yang bergerak, menggerakkan, dan berdampak benar-benar bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H