Obrolan kepala sekolah dan pengawas, atau pihak lain terkait dengan lulusan PGP seperti yang digambarkan di atas mungkin juga terjadi di tempat-tempat lain. Walau demikian, bukan berarti programnya yang kurang tepat, karena pada dasarnya tujuannya baik dalam rangka meningkatkan mutu guru. Hal tersebut lebih berkaitan dengan faktor individu gurunya itu sendiri. Untuk jadi peserta PGP, guru harus melalui serangkaian prosedur dan penilaian, mulai dari penilaian essai, simulasi mengajar, dan wawancara.
Pada saat wawancara, yang dinilai oleh asesor bukan hanya keterampilannya mengajar dan kemampuannya menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran, tetapi juga kaitannya dengan kepribadian, soft skill, kematangan emosinya, kemampuannya dalam mengambil keputusan yang tepat, dan keteguhannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Guru lulusan PGP tidak dituntut untuk jadi guru yang benar-benar sempurna, tetapi minimal bisa menjadi guru yang hadir di hati murid-muridnya, melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, menginspirasi murid-murid dan rekan-rekan kerjanya, dan semakin menghayati profesinya sebagai seorang pendidik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H