Murid, apalagi murid jenjang dasar dan menengah saat ini sangat kritis dan berharap bahwa gurunya selain menjadi guru, juga sebagai orang tua, dan sebagai teman yang bisa diajak berdialog secara egaliter serta mau mengerti kondisi hati murid.Â
Ada kalanya murid tidak mau sekolah, menghindar, atau tidak mau mengikuti pelajaran tertentu karena pernah mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dan mendapatkan label negatif dari gurunya sehingga berdampak terhadap menurunnya semangat belajar, adanya rasa malu, dan munculnya perundungan (bully) dari teman-temannya. Kenangan buruk tersebut akan terus diingat sepanjang hidupnya.
Seorang murid tidak akan mengingat secara rinci materi yang disampaikan oleh guru-gurunya, tetapi dia akan akan terus mengingat perhatian dan perlakuan yang diberikan guru kepadanya baik yang positif maupun yang negatifnya.Â
Oleh karena itu, dalam kondisi dunia pendidikan yang sudah sangat berubah dan berkembang, sudah tidak relevan lagi menggunakan cara-cara yang bersifat intimidatif dalam mendisiplinkan murid. Adanya kontrak belajar dan kesepakatan antara guru dengan murid menjadi hal yang perlu dibangun oleh guru dan murid.
Kepercayaan murid terhadap guru perlu dibangun. Kepercayaan muncul karena adanya contih teladan. Murid yang percaya kepada gurunya akan selalu mendengar dan menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya tersebut. Inilah sebenarnya esensi dari pentingnya menjadi guru yang dicintai oleh muridnya. Cinta yang muncul pada pandangan pertama, cinta yang hadir sebagai bentuk respon atas nilai-nilai positif yang terpancar dari pribadi seorang guru.
Wahai para guru, marilah "beli" hati murid dengan sikap welas asih dan kasih sayang, serta komunikasi yang humanistik. Ketika hati murid sudah "terbeli", maka murid dengan sendirinya akan nurut  kepada guru, akan dengan mudah diajak untuk belajar dengan semangat dan sungguh-sungguh, karena murid percaya gurunya tersebut akan menjadi jalan bagi mereka maju dan berhasil dalam proses belajar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H