Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)
Sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka, guru diharapkan bisa melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, bakat, karakter, dan kebutuhan belajar peserta didik.
Sebelum melaksanakannya, guru terlebih dahulu perlu mengidentifikasi kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan kebutuhan belajar peserta didik melalui asesmen diagnostik. Dengan kata lain, asesmen diagnostik adalah “pintu gerbang” bagi guru sebelum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Asesmen diagnostik bisa dilakukan pada awal semester atau sebelum peserta didik mempelajari materi tertentu. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa asesmen diagnostik bisa juga dilakukan oleh guru sebagai bahan perbaikan atau peningkatan mutu pembelajaran di pertemuan berikutnya.
Dengan demikian, asesmen diagnostik adalah dasar bagi guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Ibaratnya, asesmen diagnostik adalah peta petunjuk jalan dan lampu senter yang akan digunakan sebagai penerang oleh guru saat memasuki gedung baru yang gelap untuk mengetahui dan mengidentifikasi setiap ruangan yang ada di dalamnya.
Asesmen diagnostik terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non-kognitif. Asesmen diagnostik kognitif adalah asesmen untuk mengetahui kemampuan awal, kebutuhan belajar, atau hambatan belajar peserta didik.
Hasil dari asesmen diagnostik kognitif menjadi dasar bagi guru untuk pengelompokkan dan levelling kemampuan belajar, menentukan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan, dan treatment yang harus diberikan terhadap peserta didik.
Teknisnya, guru bisa memberikan semacam pre-test berisi beberapa pertanyaan atau soal materi yang dipelajari sebelumnya atau materi kemampuan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Selain itu, guru juga memberikan pertanyaan atau soal yang merupakan materi yang akan dipelajari sebagai bentuk identifikasi. Jenis instrumennya bisa dalam bentuk tes tulis, tes lisan, test praktik, games, atau kuis baik secara daring atau pun luring.
Asesmen diagnostik non-kognitif adalah asesmen yang bertujuan untuk mengidentifikasi gaya belajar, minat, potensi, karakter, dan latar belakang psiko-sosial peserta didik. Bentuknya bisa melalui angket, tanya jawab, atau wawancara.