Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peningkatan Kemampuan Literasi dan Numerasi Guru

30 Januari 2023   16:21 Diperbarui: 4 Februari 2023   03:00 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru. (DOK. Humas Kemendikbudristek)

*PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI DAN NUMERASI GURU*

Oleh: IDRIS APANDI
(Penulis Buku Literasi atau Mati)

Kurikulum merdeka diimplementasikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di tengah kondisi masih rendahnya mutu literasi dan numerasi peserta didik. Hasil PISA tahun 2018 menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi pelajar Indonesia berada pada 10 besar paling bawah dari 79 negara yang disurvei. Kemampuan membaca berada pada rangking 74 dengan skor 371, kemampuan matematika berada pada rangking 73 dengan skor rata 379, dan kemampuan sains berada pada rangking 71 dengan dengan skor rata-rata 396. (Detik, 03/12/2019).

Hanya 30 persen siswa Indonesia yang memenuhi kompetensi kemampuan baca minimal. Demikian pula dengan kompetensi matematika, di mana masih 71 persen berada di bawah kompetensi minimal. Sedangkan untuk sains, sebanyak 40 persen siswa Indonesia masih berada di bawah kemampuan minimal yang diharapkan. (Kompas, 04/12/2019)

Hasil Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) tahun 2021 yang dilaksanakan oleh Kemendikbud menunjukkan bahwa 1 dari 2 orang (50%) peserta didik belum mencapai kompetensi minimum pada literasi membaca. 

Kemudian 2 dari 3 orang peserta didik belum mencapai kompetensi minimum pada literasi numerasi. Hal ini menjadi PR bagi pemerintah dan satuan pendidikan untuk bisa meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi di masa yang akan datang.

Guru sebagai ujung tombak pembelajaran diharapkan dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran berbasis literasi dan numerasi. Untuk bisa melakukannya, tentunya diperlukan guru yang memiliki kompetensi literasi dan numerasi yang baik pula. Oleh karena itu, sebelum meningkatkan mutu literasi dan numerasi peserta didik, terlebih dahulu perlu peningkatan atau penguatan kemampuan literasi dan numerasi guru.

Kaitan dengan hal tersebut, beberapa pertanyaan awal yang bisa menjadi pemantik misalnya berapa persen guru yang hobi membaca? Berapa jam dalam satu minggu guru menyediakan waktu untuk membaca? berapa jumlah buku yang dibaca dalam 1 bulan? Dan sebagainya. 

Mengapa hal tersebut perlu ditanyakan sebagai pertanyaan awal? Karena membaca adalah pintu gerbang untuk menambah wawasan atau meningkatkan ilmu pengetahuan. 

Kita sulit berharap guru-guru meningkatkan mutu pembelajaran berbasis literasi dan numerasi jika masih banyak guru yang belum ber-mindset sebagai pemelajar atau kurang hobi membaca.

Peningkatan kemampuan literasi dan numerasi guru perlu menjadi prioritas untuk mendukung implementasi kurikulum merdeka yang menekankan peningkatan literasi dan numerasi dalam pembelajaran. 

Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu melakukan pemetaan kemampuan literasi dan numerasi guru melaui survei atau melalui uji awal dan dijadikan sebagai data rapor pendidikan. Hasil dari pemetaan tersebut akan menjadi dasar untuk penyusunan kebijakan peningkatan kemampuan literasi dan numerasi guru.

Organisasi profesi guru dan satuan pendidikan dapat melakukan upaya untuk meningkatan kemampuan literasi dan numerasi guru melalui IHT atau workshop. 

Para guru pun diharapkan berinisiatif belajar secara mandiri dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi. Saat ini bahan belajar tersedia dan dapat diakses dengan mudah melalui berbagai sumber baik secara daring maupun luring.

Diskusi dengan teman sejawat dalam komunitas belajar pun bisa menjadi salah satu alternatif peningkatan kemampuan literasi dan numerasi guru. Tinggal ada kemauan untuk belajar, mau keluar dari zona nyaman, dan utamanya memiliki pola pikir (mind set) untuk jadi guru profesional dan berkomitmen memberikan layanan yang terbaik dalam memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didiknya.

Kampanye dan semangat untuk meningkatkan literasi (dan numerasi) sebernarnya sudah masif dilakukan sejak tahun 2015 melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Walau demikian, hasilnya belum optimal yang ditandai dengan masih rendahnya kemampuan literasi (dan numerasi) peserta didik.

Meningkatnya kompetensi literasi dan numerasi guru diharapkan dapat berdampak terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran. Guru menyusun skenario pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. 

Guru yang kaya dengan wawasan literasi dan numerasi tentunya akan menjadi guru yang kreatif, kaya dengan beragam strategi pembelajaran, memiliki kemampuan mengelola kelas yang baik, tidak akan kekurangan bahan belajar, tidak akan mati gaya saat mengajar, membuat suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan, serta mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Intinya, guru yang bermutu akan berdampak positif terhadap proses pembelajaran yang bermutu. 

Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun