MEMBANGUN PROFIL PELAJAR PANCASILA MULAI DARI RUMAH
Oleh: IDRIS APANDI
(Penulis Buku Strategi Mewujudkan Karakter Pelajar Pancasilais)
Â
Salah satu muatan pada kurikulum merdeka adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan.
Proyek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kebijakan P5 untuk mendukung tercapainya visi pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. (Kemdikbudristek, 2022).
Ada 6 dimensi dari Profil Pelajar Pancasila, yaitu: (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif. Â Proyek profil pelajar Pelajar Pancasila di sekolah dilaksanakan dengan cara memilih tema-tema yang telah ditentukan oleh Kemdikbudristek. Di PAUD, sekolah dapat memilih tema; (1) Aku Sayang Bumi "Gaya Hidup Berkelanjutan", (2) Aku Cinta Indonesia "Kearifan Lokal", dan (3) Kita Semua Bersaudara "Bhinneka Tunggal Ika", dan (4) Imajinasi dan Kreativitasku "Rekayasa dan Teknologi".
Pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, sekolah dapat memilih tema; (1) Gaya Hidup Berkelanjutan, (2) Kearifan Lokal, (3) Bhinneka Tunggal Ika, (4) Bangunlah Jiwa dan Raganya, (5) Suara Demokrasi, (6) Rekayasa dan Teknologi, (7) Â Kewirausahaan, dan (8) Kebekerjaan (Khusus SMK/MAK). Alokasi waktu P5 sebanyak 20-30% dari total JP dalam 1 tahun pelajaran. Sekolah pun bisa memilih 2-3 tema dalam 1 tahun pelajaran. Selain tema-tema tersebut, sekolah juga dapat menentukan atau membuat tema sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
Adanya inisiatif P5 di sekolah tentunya hal yang baik. Â Walau demikian, P5 bukan hanya dilaksanakan di sekolah saja, tetapi juga harus juga dikembangkan di lingkungan yang paling kecil, khususnya di lingkungan keluarga. Mengapa demikian? karena keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.
Anak diajarkan dan dibiasakan untuk mengucapkan "3 kata ajaib" seperti tolong, maaf, dan terima kasih. Kemudian diajarkan dan dibiasakan merapikan tempat tidurnya, merapikan dan membersihkan kamar tidur, diajarkan dan dibiasakan membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, membersihkan lantai, menyiram tanaman, dan sebagainya.
Anak diajarkan dan dibiasakan untuk memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat benda-benda miliknya. Bagi anak yang sudah berusia SD kelas tinggi dan dinilai bisa melakukan pekerjaan secara mandiri, seperti mencuci pakaian seragam dan sepatunya sendiri. Tidak mengandalkan orang tua. Walau demikian, orang tua tetap mengawasi, mengarahkan, dan membimbingnya karena mungkin saja dia belum melakukannya dengan baik sehingga perlu dibimbing dan dibantu oleh orang tua.