Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Profil Pelajar Pancasila Mulai dari Rumah

23 Juli 2022   10:14 Diperbarui: 23 Juli 2022   10:23 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MEMBANGUN PROFIL PELAJAR PANCASILA MULAI DARI RUMAH

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Buku Strategi Mewujudkan Karakter Pelajar Pancasilais)

 

Salah satu muatan pada kurikulum merdeka adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

Proyek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kebijakan P5 untuk mendukung tercapainya visi pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. (Kemdikbudristek, 2022).

Ada 6 dimensi dari Profil Pelajar Pancasila, yaitu: (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif.  Proyek profil pelajar Pelajar Pancasila di sekolah dilaksanakan dengan cara memilih tema-tema yang telah ditentukan oleh Kemdikbudristek. Di PAUD, sekolah dapat memilih tema; (1) Aku Sayang Bumi "Gaya Hidup Berkelanjutan", (2) Aku Cinta Indonesia "Kearifan Lokal", dan (3) Kita Semua Bersaudara "Bhinneka Tunggal Ika", dan (4) Imajinasi dan Kreativitasku "Rekayasa dan Teknologi".

Pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, sekolah dapat memilih tema; (1) Gaya Hidup Berkelanjutan, (2) Kearifan Lokal, (3) Bhinneka Tunggal Ika, (4) Bangunlah Jiwa dan Raganya, (5) Suara Demokrasi, (6) Rekayasa dan Teknologi, (7)  Kewirausahaan, dan (8) Kebekerjaan (Khusus SMK/MAK). Alokasi waktu P5 sebanyak 20-30% dari total JP dalam 1 tahun pelajaran. Sekolah pun bisa memilih 2-3 tema dalam 1 tahun pelajaran. Selain tema-tema tersebut, sekolah juga dapat menentukan atau membuat tema sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

Adanya inisiatif P5 di sekolah tentunya hal yang baik.  Walau demikian, P5 bukan hanya dilaksanakan di sekolah saja, tetapi juga harus juga dikembangkan di lingkungan yang paling kecil, khususnya di lingkungan keluarga. Mengapa demikian? karena keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

Anak diajarkan dan dibiasakan untuk mengucapkan "3 kata ajaib" seperti tolong, maaf, dan terima kasih. Kemudian diajarkan dan dibiasakan merapikan tempat tidurnya, merapikan dan membersihkan kamar tidur, diajarkan dan dibiasakan membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, membersihkan lantai, menyiram tanaman, dan sebagainya.

Anak diajarkan dan dibiasakan untuk memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat benda-benda miliknya. Bagi anak yang sudah berusia SD kelas tinggi dan dinilai bisa melakukan pekerjaan secara mandiri, seperti mencuci pakaian seragam dan sepatunya sendiri. Tidak mengandalkan orang tua. Walau demikian, orang tua tetap mengawasi, mengarahkan, dan membimbingnya karena mungkin saja dia belum melakukannya dengan baik sehingga perlu dibimbing dan dibantu oleh orang tua.

Hal ini adalah proses untuk mengajarkan tanggung jawab dan kemandirian kepada anak. Anak tidak bermental serba ketergantungan dan bermental "ngebos" seperti anak tinggal nyuruh-nyuruh saja kepada pembantu jika di rumahnya ada pembantu atau bahkan ada suka merengek-rengek meminta orang tuanya sendiri, khususnya ibunya untuk melakukan sebuah pekerjaan yang sebenarnya bisa atau harus dilakukan sendiri oleh anak.

Kegiatan memasak, berkebun, memperbaiki alat-alat rumah tangga, menghias rumah, atau mengerjakan sebuah proyek pembuatan prakarya dapat melatih dan meningkatkan kreativitas anak dan mengembangkan budaya gotong royong. Berdiskusi terkait dengan ide-ide penataan lingkungan rumah atau masalah-masalah yang ada di lingkungan keluarga dapat juga melatih anak untuk bernalar kritis. Sikap saling menghormati dan menghargai antaranggota keluarga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan karakter berkebinekaan global.

Dalam konteks meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, misalnya bagi umat Islam, anak diajarkan dan dibiasakan shalat 5 waktu berjamaah dan tepat waktu, sedangkan bagi agama lain, disesuaikan dengan cara beribadahnya masing-masing. Anak diarahkan untuk menjaga kesehatan diri sendiri sebagai bentuk akhlak terhadap diri sendiri. Menyayangi binatang dan merawat tumbuhan sebagai wujud akhlak terhadap hewan dan tumbuhan. Kemudian menjaga kebersihan sebagai akhlak terhadap alam, hidup rukun dengan tetangga dan teman bermain sebagai wujud akhlak terhadap sesama manusia, dan menjaga ketertiban sebagai bentuk akhlak terhadap negara.

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka mari tanamkan profil Pelajar Pancasila mulai dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang terkecil dan terdekat dengan peserta didik melalui kegiatan atau aktivitas yang sederhana tapi bermakna bagi anak. Mari wujudkan sebuah cita-cita yang besar melalui hal-hal yang kecil secara konsisten. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun