Orang yang memiliki mental gratisan adalah orang yang belum bisa menjaga harga dirinya. Diakui atau tidak, orang yang bermental gratisan akan dicibir oleh orang lain. Dianggap ingin enak sendiri dan dianggap kurang menghargai jerih payah orang lain. Orang yang mental gratisan adalah orang yang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu beratnya proses untuk menghasilkan sebuah karya.
Orang yang memiliki mental gratisan tidak tertutup kemungkinan justru dia sendiri pelit atau sulit berbagi terhadap orang lain karena yang bersangkutan lebih terbiasa menerima daripada memberi. Dengan kata lain, posisi tangannya lebih enak di bawah daripada di atas. Diakui atau tidak, ada kalanya kita berharap beri walau tidak secara eksplisit kita mengucapkannya. Atau minimal berharap ditawari oleh orang lain untuk diberikan sesuatu.
Disadari atau tidak, mental meminta atau mental gratisan kadang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Misalnya saat menyuruh anaknya untuk meminta angpau kepada anggota keluarga atau saudaranya yang dianggapnya sukses atau kehidupannya lebih baik.
Mental gratisan perlu digeser menjadi mental membeli dan mental memberi. Mental membeli sebagai bentuk apresiasi dan sebagai bentuk dukungan bagi pedagang, perajin, atau wirausahawan untuk melanjutkan usahanya. Apalagi para pelaku usaha pemula. Sedangkan mental memberi menunjukkan bahwa kita lebih senang memberikan manfaat kepada orang daripada diberikan manfaat oleh orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H