"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Ucapan penulis dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer tersebut sudah sangat terkenal dan sering terdengar sebagai sarana untuk memotivasi dan menginspirasi orang untuk mau menulis. Sudah banyak orang terinspirasi, termotivasi dan action menulis, tetapi tidak dapat dipungkiri banyak juga yang mengaku termotivasi tetapi belum action menulis, Â termasuk profesi yang seharusnya lekat dengan dunia menulis.
Memang, sehebat apapun motivator yang dihadirkan, seindah apapun kata-kata motivasi yang ditulis, dan sehebat apapun pelatih yang diundang untuk melatih menulis, tidak menjamin bisa membuat orang menulis. Pada akhirnya akan kembali kepada setiap individu apakah akan memulai untuk menulis atau tidak. Oleh karena itu, motivator utama bukanlah orang lain, tetapi diri sendiri. Motivasi dari orang lain hanya membantu menguatkan saja. Â Â
Menulis bukan hanya soal kemampuan, tetapi juga soal niat, minat, dan kemauan. Menulis adalah aktivitas yang menarik dan menyenangkan bagi yang sudah terbiasa atau hobi menulis, tetapi menjadi sebuah beban berat bagi yang belum terbiasa atau hobi menulis. Orang yang sudah terbiasa menulis pun pada awalnya merasakan bahwa menulis adalah pekerjaan yang berat untuk dilakukan dan banyak tantangannya seperti kurang percaya diri, kurang referensi, dan malas, tetapi karena dia memiliki kemauan yang kuat dan mau belajar dengan sungguh-sungguh, maka pada akhirnya dia terampil terbisa dan menjadikan menulis sebagai aktivitas yang menyenangkan.
Menulis bisa menjadikan pikiran kita terbuka, kemampuan analisis semakin tajam, kepekaan semakin tinggi, hingga mencegah kepikunan. Menulis pun bisa menjadi sarana untuk membangun kesehatan mental, terapi hati, dan mendapatkan kepuasan batin. Walau demikian, harus diperhatikan juga etika saat menulis. Jangan sampai menyinggung SARA karena bisa berurusan dengan hukum.
Menulis merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, dosen, peneliti, widyaiswara, widyaprada, atau tenaga fungsional lainnya sebagai bentuk pengembangan profesi dan menunjang karier dan kenaikan pangkat. Walau demikian, aktivitas menulis bukan hanya monopoli profesi-profesi tersebut. Pada dasarnya setiap orang dari berbagai latar belakang pekerjaan bisa menulis. Hal yang ditulis bukan hanya topik yang berat-berat seperti halnya buku-buku teks, buku referensi, atau artikel jurnal, tetapi juga bisa menulis hal yang ringan seperti menuliskan pengalaman atau curhat masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kumpulan cerita harian bisa dikumpulkan dan dijadikan buku.
Anda mungkin sudah berkali-kali mengikuti pelatihan atau seminar tentang menulis, tetapi Anda tidak kunjung menulis. Mengapa hal itu terjadi? Karena mungkin jiwa Anda sendiri yang memang menolak untuk melakukannya dengan berbagai alasan. Menulis dengan sukarela memang perlu niat dan passion yang kuat. Berbeda kalau menulis tugas kuliah. Mau tidak mau harus dilakukan karena sebagai syarat mendapatkan nilai atau syarat lulus.
Diakui atau tidak, menulis karena paksaan itu rasanya berat sekali. Menulis serasa menderita. Apalagi kalau dikejar deadline. Kadang prinsipnya yang penting jadi, yang penting selesai, atau yang penting dikumpulkan. Kalau sudah kepepet mengumpulkan tugas, maka mbah google pun menjadi harapan pemberi pertolongan dan praktik copy-paste atau copas pun diakui atau tidak dilakukan. Saat tugas sudah dikumpulkan, maka rasanya plong, merdeka, dan tidak ada lagi beban.
Kadang tugas karya tulis yang telah diselesaikan tersebut tidak dibaca-cara lagi oleh penyusunnya. Tidak ada rasa bangga dari karya tulis yang telah dibuatnya. Mengapa? karena dia sendiri tugas tersebut tidak disusun dengan serius dan original, tetapi tugas yang asal jadi.
Menulis bisa membuat kita dikenal orang lain. Alangkah senangnya jika nama kita muncul di google saat orang mencari tulisan yang erat kaitannya dengan hal yang suka tulis, misalnya urusan pendidikan. Tulisan kita bisa membantu menambah referensi untuk tulisan yang sedang disusun oleh orang lain. Saat tulisan kita dikutip orang lain, maka nama kita akan abadi. Nama kita akan tercantum dalam daftar pustaka pada bagian belakang karya tulis mereka.
Semakin banyak kita menulis, khususnya karya tulis yang dipublikasikan baik secara hard copy maupun secara digital, maka potensi untuk dikenal publik semakin tinggi. Menulis untuk dikenal orang lain? Hal tersebut tentunya bukanlah tujuan utama, tetapi saat nama kita dikenal sebagai dampak atau bonus dari tulisan yang kita buat. Apalagi hal-hal yang kita tulis tersebut aktual dan banyak diperlukan oleh orang lain, pasti akan banyak dicari di mbah google. Yuk Menulis!
Oleh: IDRIS APANDI
Penulis Ratusan Artikel dan Puluhan Judul Buku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H