Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Pascapembagian Rapor

8 Januari 2022   17:42 Diperbarui: 9 Januari 2022   22:36 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan belajar di kelas.| | Sumber: ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN

Pascapenilaian Akhir Semester peserta didik mendapat buku rapor. Pada buku tersebut tercantum capaian nilai peserta didik pada sekian banyak mata pelajaran yang dipelajarinya di sekolah. Bentuknya ada nilai kuantitatif (aspek kognitif dan psikomotor) dan nilai kualitatif (aspek sikap). 

Nilai rapor bukan sekadar laporan atau untaian angka-angka dan deskripsi untuk dilihat saja, tetapi sebaiknya menjadi bahan refleksi bagi semua pihak terkait seperti peserta didik, guru, dan orang tua. Hal tersebut sebagai sarana perbaikan atau peningkatan mutu di masa yang akan datang.

Bagi Peserta Didik

Bagi peserta didik, nilai rapor yang didapatkan adalah gambaran sejauh mana perjuangan mereka dalam satu semester. Jika mereka serius dan sungguh-sungguh belajar pada sekian banyak mata pelajaran. Ada yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan mungkin saja ada yang belum mencapai KKM. 

Guru akan berupaya memberikan nilai seobjektif mungkin, bahkan kadang (terpaksa) ditambah "nilai kasih sayang" karena ingin setiap anak didiknya mendapatkan nilai yang baik pada pelajaran yang diampunya. 

Guru akan merasa senang jika semua anak-didiknya mencapai nilai KKM atau lulus pada pada pelajaran yang diampunya. Sebaliknya, guru akan sedih bercampur prihatin saat ada beberapa bahkan cukup banyak anak didiknya yang nilai rapornya belum mencapai KKM.

Kadang guru dihadapkan pada situasi yang sulit. Di satu sisi ingin memberikan nilai yang baik kepada anak didiknya, tetapi di sisi lain, nilai anak didiknya sangat jeblok karena anak didiknya jarang mengikuti pembelajaran, nilai ulangan yang rendah, nilai UTS-nya rendah, jarang mengumpulkan tugas, atau bahkan sama sekali belum mengumpulkan tugas, sehingga pada akhirnya guru mau tidak mau harus memberikan nilai yang rendah yang berkonsekuensi belum tercapainya KKM pada mapel yang diampunya.

Saat mendapatkan nilai rapor yang rendah, seorang peserta didik harus melakukan refleksi. Ibaratnya, tidak ada asap kalau tidak ada api. Silakan berpikir bagaimana sikap dan keaktivannya selama pembelajaran? 

Apakah tugas-tugas dikumpulkan? Apakah nilai ulangan hariannya rendah? Apakah mengikuti remedial untuk nilai mata pelajaran yang rendah? 

Dan sebagainya. Misalnya jika nilainya rendah pada mata pelajaran tertentu, maka dia harus segera memperbaiki nilai yang rendah tersebut dengan cara menghubungi/berkonsultasi kepada guru mata pelajarannya dan meminta solusi untuk agar nilainya mencapai KKM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun