Tujuan dari seleksi ini adalah untuk mengetahui potensi kepemimpinan dari seorang bakal calon kepala sekolah. Seleksi substantif terdiri dari 2 (dua) jenis test, yaitu: (1) test tertulis dan (2) test wawancara. Melalui dua jenis test tersebut, para peserta digali potensi kepemimpinnya. Pada test tertulis peserta seleksi diminta untuk menjawab atau merespon skenario/soal yang tercantum pada 4 (empat) jenis instrumen, yaitu; (a) instrument 1A, (b) instrument 1B, (c) instrument 2, dan (d) instrumen 3.
Setiap instrumen test tulis memiliki fokus dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda, tetapi pada intinya adalah menuntut para peserta seleksi calon kepala sekolah untuk berpikir secara kritis, analitis, mampu mengindentifikasi masalah utama atau masalah yang perlu mendapat prioritas untuk diselesaikan.Â
Mampu menyusun alternatif langkah-langkah penyelesaian masalah, dan memilih alternatif yang paling efektif dan efisien, mampu menyusun skenario kegiatan peningkatan mutu satuan pendidikan secara logis, rasional, dan sistematis melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, evauasi, dan pelaporan yang mencerminkan 4M (Memengaruhi, Menggerakkan, Mengembangkan, dan Memberdayakan) sebagai karakter seorang pemimpin.
Respon dari test tertulis akan diperdalam melalui sesi wawancara, karena kadang ada peserta seleksi yang kesulitan atau kurang lancar saat menulis respon secara tertulis tapi yang bersangkutan begitu lancar saat menyampaikan jawaban secara lisan.Â
Hal ini, menurut saya tidak lepas dari kemampuan komunikasi seorang peserta. Ada yang komunikasi tulisan dan lisannya bagus, tapi ada yang kemampuan komunikasi lisannya lebih lancar dibandingkan dengan komunikasi tulisan. Budaya tutur yang masih dominan pada masyarakat menyebabkan komunikasi lisan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan budaya tulis, termasuk di kalangan akademisi sekalipun.
Hasil dari seleksi substansi calon kepala sekolah akan menjadi modal penting bagi seorang peserta yang lolos untuk melaju pada proses berikutnya, yaitu diklat calon kepala sekolah sebanyak 300 JP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H