Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Karakteristik Soal AKM

23 Januari 2021   01:55 Diperbarui: 23 Januari 2021   02:10 3621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jangan sampai stimulus yang dibuatnya tidak nyambung dengan soal yang dibuatnya. Selain itu, tentunya stimulus soalnya pun harus sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa atau disesuaikan dengan tiap jenjang pendidikannya.

Membuat stimulus soal susah-susah gampang. Stimulus untuk siswa SD/MI tentunya sebaiknya berupa cerita fiksi seperti cerpen atau dongeng supaya menarik minat siswa untuk membacanya dan mudah dipahami oleh mereka, sedangkan untuk siswa SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK, tentunya selain teks fiksi yang agak kompleks juga bisa disertai dengan bentuk stimulus lainnya seperti berita/informasi, deskripsi kasus, gambar, grafik, atau tabel dengan asumsi bahwa mereka sudah bisa membaca teks yang lebih kompleks dan memiliki daya analisis yang lebih tajam dibandingkan siswa SD/MI.

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka guru perlu sering memberikan latihan soal yang berorentasi HOTS sehingga mereka akan terbiasa atau tidak terkejut jika suatu saat mengerjakan soal AKM. 

Guru pun harus banyak menelaah soal-soal yang digunakan oleh PISA atau TIMSS karena memang harapannya soal-soal AKM tersebut megacu kepada soal PISA dan TIMSS. 

Fokus dari soal AKM adalah untuk mendapatkan potret kemampuan literasi (membaca) dan numerasi (matematika) dasar siswa-siswa di Indonesia. 

Oleh karena itu, menurut saya, bobot soal-soalnya pun tidak akan terlalu berat. Sebuah pertanyaan yang pada dasarnya sederhana, tetapi disajikan melalui deskripsi yang ada pada stimulus soal.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukan dimunculkan pada saat guru memberikan soal HOTS saja, tetapi harus diawali dari proses pembelajaran yang HOTS. 

Guru perlu banyak mendorong dan merangsang siswa untuk berpikir kritis-analitis. Misalnya dengan banyak membuka sesi diskusi, telaah kasus, tanya jawab, mencari (inquiry) dan menemukan (discovery), menyelesaikan masalah (problem solving), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning/PjBL). Wallaahu a'lam.

Oleh: IDRIS APANDI
Penulis Buku Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun