Menulislah dan ukir sejarah. Kalimat tersebut tentunya bukan sekadar jargon atau motto semata. Hal tersebut merupakan hal yang telah banyak terbukti dan banyak dirasakan oleh banyak penulis.Â
Tulisan adalah sebuah jalan baginya untuk dikenal dan menuju keabadian. Nyawa seorang penulis boleh hilang dari raga, tetapi karyanya akan tetap ada.
Menulis itu nikmat, menulis itu menyenangkan, menulis itu membahagiakan, dan menulis itu menghasilkan materi. Kalimat itu terucap dari orang-orang yang telah kecanduan menulis, menjadikan menulis sebagai hobi, menulis sebagai gaya hidup, dan menulis sebagai profesi.Â
Tidak setiap orang yang menulis tujuannya untuk mendapatkan penghasilan, tetapi hanya untuk mendokumentasikan, menyebarkan gagasan, dan sarana aktualisasi diri.Â
Walau demikian, seiring dengan banyaknya karya yang dihasilkannya dan banyak dibaca banyak orang, maka namanya pun menjadi terkenal, dia banyak diundang menjadi pemateri pada seminar, workshop, atau pelatihan menulis baik yang dilakukan oleh pemerintah, satuan pendidikan, komunitas, atau organisasi profesi. Dengan demikian, pundi-pundi materi akan masuk dengan sendirinya.
Walau sudah banyak penulis, tapi yang terkenal biasanya adalah penulis-penulis yang memiliki karakter dan gaya yang khas. Kalau penulis yang standar-standar saja atau penulis yang hanya sekadar ikut-ikutan biasanya datang dan pergi tanpa meninggalkan kesan yang khusus di mata para pembacanya.Â
Tidak perlu menggeluti berbagai jenis tulisan, tetapi lebih baik fokus kepada satu bidang keahlian tertentu sehingga dia dikenal ahli pada bidang tertentu. Menurut saya, indikator keahlian seorang penulis adalah dia banyak menulis tulisan yang sesuai dengan bidang kajiannya. Kalau pun dia menulis tulisan yang diluar keahliannya, hanya sebagai selingan saja.
Menulis, khususnya menulis buku saat ini telah menjadi sebuah Gerakan dan tren di kalangan guru pasca digulirkannya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) tahun 2015.Â
Para guru didorong untuk menjadi pelopor dan teladan dalam berliterasi khususnya dalam menulis buku. Buku, baik dalam bentuk antologi maupun buku solo telah banyak diterbitkan oleh guru. Hal tersebut tentunya perlu mendapatkan apresiasi.
Menulis memang perlu kemauan, komitmen, ketahananpayahan. Mengapa demikian? Karena kalau tidak memiliki ketiga hal tersebut, banyak yang ingin memiliki karya tulis, tapi pada akhirnya tidak menjadi kenyataan. Aktivitas menulis identik dengan aktivitas membaca.Â
Oleh karena itu, kalau seseorang ingin bisa menulis, dia harus banyak membaca agar tulisannya berkualitas. Dan hal yang paling penting adalah harus banyak berlatih, karena latihan adalah sarana untuk mengasah kemampuan dalam menulis.Â