Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peningkatan Mutu Literasi untuk AKM yang Bermutu

23 November 2020   08:57 Diperbarui: 23 November 2020   09:02 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam konteks saat ini, literasi bukan hanya diidentikkan dengan kemampuan membaca saja, tetapi kemampuan untuk memilih dan memilah informasi, menyikapi sebuah informasi secara kritis, dan dapat mengambil sebuah keputusan berdasarkan data dan fakta yang ada. 

Dengan demikian, keputusannya tersebut logis, rasional, dan terukur alias tidak asal mengambil keputusan atau keputusan yang didasarkan suka atau tidak suka. Semua bidang kehidupan tidak akan lepas dari literasi, karena literasi sangat diperlukan sebagai "kompas kehidupan" setiap manusia.

Dalam pelajaran bahasa Indonesia biasanya diajarkan berbagai teknik membaca agar mudah membaca kata, kalimat, atau paragraf, mulai dari mengeja, membaca senyap, membaca nyaring, sampai teknik membaca cepat sesuai dengan jenjang siswanya. Selain keterampilan membaca, para siswa juga diajarkan untuk memahami serta mengambil makna dari sebuah teks.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah upaya untuk meningkatkan minat baca-tulis siswa. Tentunya hal tersebut perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh kesabaran karena banyak tantangan yang dihadapi baik dari dalam maupun luar sekolah. tantangan dari dalam misalnya terkait semangat dan dukungan kepala sekolah dan para guru, motivasi siswa yang rendah, dan sarana yang kurang mendukung. Adapun tantangan dari luar sekolah, misalnya terkait dampak media dan gawai yang lebih menarik bagi siswa.

Para guru pembimbing telah melakukan berbagai upaya agar budaya literasi di sekolah dapat tumbuh dan berkembang. Mungkin saja ada yang tidak mendapatkan tantangan yang serius, tetapi ada yang mendapatkan tantangan yang serius, sehingga kegiatan literasi di sekolahnya jalan di tempat atau bahkan meredup karena kurang dukungan dari berbagai pihak terkait.

Aktivitas membaca buku nonteks 15 menit sebelum pembelajaran, adanya pojok baca, pohon literasi, majalah dinding (mading), dan perpustakaan sekolah merupakan beberapa upaya yang dilakukan untuk menumbuhkembagkan budaya literasi. 

Perlu terus digali cara-cara kreatif lainnya, sehingga literasi bisa membumi sekolah, tidak dianggap sebagai proyek temporer, tetapi menjadi sebuah kebutuhan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya peningkatan mutu sekolah.

Terkait dengan AKM, sejumlah pegiat literasi berpendapat bahwa jika kegiatan AKM ingin mendapatkan hasil yang baik, maka budaya literasi di kalangan siswa harus diperkuat. 

Soal-soal AKM yang rencananya mengacu kepada soal-soal standar PISA atau olimpiade internasional berisi stimulus berupa cerita, berita, studi kasus, tabel, grafik, atau bagan yang harus dipelajari atau ditelaah sebagai bagian dari proses menjawab pertanyaan pada soal tersebut. 

Dalam konteks pembelajaran, hal ini erat kaitannya dengan membangun kemampuan berpikir kritis (critical thinking) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).

Peningkatan kemampuan berpikir kritis atau kemampuan literasi siswa bukan dalam bentuk men-drill siswa dengan contoh-contoh soal, karena khawatir nanti terjebak seolah AKM sama dengan UN, padahal bentuk dan tujuannya berbeda. Hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah mendesain pembelajaran yang bisa merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun