Oleh: IDRIS APANDI
(Penulis Buku Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS)
Dalam sebuah proses pembelajaran, baik pada saat pembelajaran tatap muka maupun saat belajar dari rumah (BDR)Â atau pembelajaran daring, pengalaman belajar merupakan hal yang perlu diberikan oleh guru kepada peserta didik.Â
Mengapa demikian? Karena pengalaman merupakan hal yang sangat penting bagi mereka agar merasakan atau mengalami sendiri apa yang mereka pelajari.Â
Melalui pengalaman belajar, seorang peserta didik dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang disampaikannya. Sebuah pertanyaan muncul dari rasa ingin tahu dan rasa ingin tahu adalah refleksi dari berpikir kritis seseorang.
Rasa ingin tahu dan berpikir kritis merupakan kompetensi yang perlu ditekankan pada pembelajaran abad 21. Berdasarkan kepada hal tersebut, maka guru perlu merancang pembelajaran yang memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.Â
Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman beajar yang bermakna kepada mereka misalnya model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL), pembelajaran berbasis proyek (project based learning/PjBL), pencarian/penemuan (inquiry/discovery), dan sebagainya.
Intinya, model pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru, harus melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pada masa belajar dari rumah, peserta didik bukan hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi juga diarahkan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.Â
Misalnya, guru menerapkan pembelajaran berbasis proyek dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran. Peserta didik diminta untuk memelihara hewan ternak.Â
Misalnya, mereka ditugaskan untuk membeli ayam kecil untuk dipelihara, lalu menyiapkan kandangnya. Kemudian mereka ditugaskan untuk memantau pertumbuhannya secara berkala hingga ayam tersebut besar.Â
Jika dikaitkan dengan mata pelajaran (mapel), maka ada beberapa mapel yang bisa diintegrasikan pada proyek siswa tersebut, seperti mapel IPA dalam bentuk mengenal anatomi tubuh hewan, dan mempelajari proses pertumbuhan hewan.
Mapel matematika seperti menyiapkan ukuran kandang yang sesuai untuk memelihara ayam, dosis vitamin yang sesuai untuk memenuhi asupan gizi bagi ayam, mencatat pertumbuhan tubuh ayam dari waktu ke waktu, bagaimana mengatur suhu yang sesuai untuk ayam masih kecil, dan sebagainya.Â
Mapel Bahasa Indonesia, misalnya menuliskan cerita tentang pengalaman memelihara ayam atau menuliskan sebuah karya tulis tentang bagaimana cara memelihara ayam yang baik, atau menuliskan manfaat daging ayam untuk kesehatan tubuh. Selain dalam bentuk tulisan, juga bisa dalam bentuk lisan melalui rekaman video.
Mapel IPS, misalnya bagaimana cara memasarkan ayam atau telur yang telah siap untuk dijual. Tidak perlu harus dijual ke pasar, tetapi bisa dijual ke saudara atau tetangga. Mapel PJOK, misalnya fokus kepada bagaimana memelihara kandang ayam yang bersih dan sehat.
 Contoh di atas tentunya dapat dikembangkan lagi melalui proyek-proyek lainnya sesuai dengan tujuan pembuatan proyek, seperti memelihara tanaman, proyek membuat kerajinan, proyek membuat aplikasi teknologi, dan sebagainya. Intinya, proyek tersebut disesuaikan dengan Komptensi Dasar (KD) yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran.
Adanya pengalaman yang bermakna bagi peserta didik saar BDR akan menjadi catatan khusus bagi peserta didik. Mereka akan ingat bahwa pada saat BDR pernah membuat sebuah proyek dan tentunya akan berguna sebagai bekal di masa yang akan datang. Proyek yang mereka buat selain menjadi pengalaman yang bermakna, juga membangun kecakapan hidupnya.Â
Seperti yang sampaikan pada contoh di atas, siapa tahu suatu saat mereka ada yang berminat menjadi peternak ayam, pengusaha ayam, atau suatu saat kuliah di fakultas peternakan.
Selain proyek yang sifatnya fisik atau membuat sebuah produk, menurut saya para peserta didik juga diarah untuk merancang proyek sosial sebagai sarana untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi mereka.Â
Seperti membangun komunitas atau kelompok yang bergerak dalam bidang sosial, membuat program yang isinya berupa penyuluhan untuk menjaga kebersihan, kesehatan, dan mematuhi protokol kesehatan. Bentuknya bisa dalam bentuk video, poster, pesan-pesan di media sosial, atau bergerak langsung di lapangan sebagai relawan.
Kegiatan belajar dari rumah bukan berarti dimaknai para peserta didik diam, belajar dari rumah, lalu setelah itu tidur, main game, rebahan, atau kurang sosialisasi. Dari rumah sebaiknya mereka berkarya atau merancang sebuah program yang bisa bermanfaat bagi orang-orang di rumah, tetangga, atau bahkan masyarakat luas. Hal inilah yang bisa mendorong lahirnya pengalaman bermakna bagi peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H