Mapel matematika seperti menyiapkan ukuran kandang yang sesuai untuk memelihara ayam, dosis vitamin yang sesuai untuk memenuhi asupan gizi bagi ayam, mencatat pertumbuhan tubuh ayam dari waktu ke waktu, bagaimana mengatur suhu yang sesuai untuk ayam masih kecil, dan sebagainya.Â
Mapel Bahasa Indonesia, misalnya menuliskan cerita tentang pengalaman memelihara ayam atau menuliskan sebuah karya tulis tentang bagaimana cara memelihara ayam yang baik, atau menuliskan manfaat daging ayam untuk kesehatan tubuh. Selain dalam bentuk tulisan, juga bisa dalam bentuk lisan melalui rekaman video.
Mapel IPS, misalnya bagaimana cara memasarkan ayam atau telur yang telah siap untuk dijual. Tidak perlu harus dijual ke pasar, tetapi bisa dijual ke saudara atau tetangga. Mapel PJOK, misalnya fokus kepada bagaimana memelihara kandang ayam yang bersih dan sehat.
 Contoh di atas tentunya dapat dikembangkan lagi melalui proyek-proyek lainnya sesuai dengan tujuan pembuatan proyek, seperti memelihara tanaman, proyek membuat kerajinan, proyek membuat aplikasi teknologi, dan sebagainya. Intinya, proyek tersebut disesuaikan dengan Komptensi Dasar (KD) yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran.
Adanya pengalaman yang bermakna bagi peserta didik saar BDR akan menjadi catatan khusus bagi peserta didik. Mereka akan ingat bahwa pada saat BDR pernah membuat sebuah proyek dan tentunya akan berguna sebagai bekal di masa yang akan datang. Proyek yang mereka buat selain menjadi pengalaman yang bermakna, juga membangun kecakapan hidupnya.Â
Seperti yang sampaikan pada contoh di atas, siapa tahu suatu saat mereka ada yang berminat menjadi peternak ayam, pengusaha ayam, atau suatu saat kuliah di fakultas peternakan.
Selain proyek yang sifatnya fisik atau membuat sebuah produk, menurut saya para peserta didik juga diarah untuk merancang proyek sosial sebagai sarana untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi mereka.Â
Seperti membangun komunitas atau kelompok yang bergerak dalam bidang sosial, membuat program yang isinya berupa penyuluhan untuk menjaga kebersihan, kesehatan, dan mematuhi protokol kesehatan. Bentuknya bisa dalam bentuk video, poster, pesan-pesan di media sosial, atau bergerak langsung di lapangan sebagai relawan.
Kegiatan belajar dari rumah bukan berarti dimaknai para peserta didik diam, belajar dari rumah, lalu setelah itu tidur, main game, rebahan, atau kurang sosialisasi. Dari rumah sebaiknya mereka berkarya atau merancang sebuah program yang bisa bermanfaat bagi orang-orang di rumah, tetangga, atau bahkan masyarakat luas. Hal inilah yang bisa mendorong lahirnya pengalaman bermakna bagi peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H