Guru yang bertindak sebagai peneliti pun menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Pada umumnya bentuknya adalah soal tes dan lembar observasi.
Tahap pelaksanaan bersamaan dengan tahap observasi. Guru yang bertindak sebagai peneliti melaksanakan tindakan kepada kelas yang menjadi sasarannya, sedangkan observasi dilakukan oleh rekan sejawat yang diminta atau bersedia menjadi observer (pengamat).Â
Di sinilah tantangannya, karena karakter kelas virtual tentunya berbeda dengan kelas tatap muka. Guru bisa menggunakan aplikasi video conference (vicon) seperti Zoom sebagai sarana untuk melaksanakan tindakan, tetapi dia tidak bisa leluasa melakukan tindakan yang telah disiapkannya.Â
Misalnya apakah guru bisa memantau kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung? Apakah dia bisa memastikan bahwa semua peserta didiknya "hadir" di kelas, karena pada kelas maya bisa saja peserta didik hadir di awal sesi pembelajaran dengan cara menghidupkan kamera video pada laptop, lalu mematikan videonya dan tertidur.
Guru mungkin saja mewajibkan semua peserta didik untuk menghidupkan kamera pada saat vicon, tetapi apakah mereka sanggup melakukannya berhubung dengan beban kuota internet yang besar kalau vicon dilaksanakan misalnya selama 2 (dua) jam?Â
Pengalaman saya pribadi, kalau vicon selama 2 (dua) jam dengan kamera diaktifkan, data yang dihabiskan bisa mencapai 2-3 Giga Byte (GB).
Baca juga: Optimalisasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Selama Pandemi
Misalnya kalau guru akan membimbing siswa pada diskusi kelompok virtual dengan menggunakan Zoom, bisa menggunakan menu break out room atau pembagian kelompok.Â
Masalahnya adalah menu tersebut hanya ada pada Zoom dengan tipe premium, bukan tipe gratisan. Kalau menggunakan Zoom tipe gratisan waktunya hanya 40 menit saja.Â
Hal ini tentunya akan membatasi guru dalam melakukan tindakan. Guru pasti akan merasa dikejar-kejar waktu. Belum tentu juga setiap guru mampu mengelola Zoom dengan memanfaatkan break out room, karena memang perlu kemampuan khusus untuk melakukannya.Â
Para peserta didik pun belum tentu bisa mengikuti pembelajaran daring mengingat ada yang memiliki keterbatasan sarana, akses sinyal, dan kuota internet.