Walau demikian, dalam konteks pendidikan, menurut saya, para santri perlu diberikan ilmu kewirausahaan. Dalam beberapa kali kunjungan saya ke beberapa pesantren, saya melihat bahwa ada pesantren yang selain mengajarkan ilmu agama, juga mengajarkan keterampilan seperti bertani, beternak, membuat kerajinan tangan (prakarya), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dan sebagainya.
Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin menyampaikan pentingnya pemuda (termasuk santri) dibekali dengan kemampuan berwirausaha, karena Indonesia akan menghadapi bonus demografi. "BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat, tidak kurang dari 64 juta jiwa penduduk dengan rentang usia 16-30 tahun. Angka tersebut merupakan bagian penting dari penduduk usia produktif 15-65 tahun yang jumlahnya mencapai 185,22 juta," (Suara.com, 20/20/2020).
Kemampuan wirausaha akan membuat para santri mandiri, berdaya, kreatif, tidak bergantung kepada bantuan pihak donatur. Kemampuan wirausaha bukan hanya  diproyeksikan untuk digunakan setelah mereka selesai belajar di pesantren, tetapi justru saat belajar di pesantren itu sendiri pun kemampuan wirausaha bisa dimanfaatkan oleh mereka. Sifat hemat, suka memanfaatkan barang-barang bekas menjadi produk baru yang lebih bermanfaat, berjualan di kalangan santri, dan sebagainya.
Untuk membangun kemampuan berwirausaha di kalangan santri, pesantren selain mengembangkan kurikulum kewirausahaan, bermitra dengan berbagai instansi untuk memberikan pelatihan kewirausahaan. Selain itu, tentunya peran pemerintah sangat diperlukan dalam membangun jiwa kewirausahaan di kalangan santri. Selain pendampingan dalam menyusun kurikulum kewirausahaan dan pelatihan kewirausahaan, menurut saya, pesantren pun perlu diberikan bantuan modal untuk membangun semacam tempat usaha yang menjadi "laboratorium wirausaha" bagi para santri.
Beberapa waktu yang lalu, dalam rangka memberdayakan kewirausahaan di pesantren, di Jawa Barat ada program one pesantren one product, yaitu setiap satu pesantren mengembangkan satu produk ekonomi. Menurut saya, hal tersebut bagus agar pesantren mandiri, berkembang, dan berdaya. Pengembangan sebuah produk di pesantren tentunya perlu dilakukan berdasarkan potensi lokal, jenis produk apa yang bisa dikembangkan, dan bagaimana potensi pasarnya. Oleh karena itu, pemerintah pun harus memberikan bantuan atau pendampingan kepada pesantren untuk memasarkan produknya, misalnya melalui koperasi, pameran, atau bermitra dengan kelomok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Santri yang memiliki jiwa kewirausahaan disamping bisa memberdayakan dirinya, juga bisa memberdayakan orang lain atau membuka lapangan kerja. Hal inilah yang diperlukan saat ini dimana lapangan pekerjaan semakin terbatas sedangkan jumlah pencari kerja semakin meningkat. Begitu pun wirausahawan yang berjiwa santri akan mengelola usahanya dengan jujur.
Santri berjiwa wirausaha itu keren, karena selain sebagai bentuk antisipasi menghadapi masa depan yang penuh tantangan, juga sebagai bentuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits bersabda bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah dalam perdagangan. Walau ada ahli hadist yang mengatakan bahwa hadits tersebut lemah (dhaif), tapi mari kita ambil sisi baiknya dimana kewirausahaan merupakan hal penting agar seseorang (termasuk santri) bisa mandiri dan menjadi solusi dari sulit mencari pekerjaan, sehingga bisa berdampak terhadap pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H