Saya terharu, salut, sekaligus bangga saat melihat guru-guru yang berada di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan) berjuang dengan sekuat tenaga tetap mengajar peserta didiknya. Akses internet yang terbatas bahkan belum ada sebagai pendukung PJJ daring menyebabkan mereka tidak memiliki pilihan selain pembelajaran luring.Â
Jarak puluhan kilometer harus mereka tempuh untuk bisa berkunjung ke rumah para peserta didiknya. Â Belum lagi kondisi jalan yang belum diaspal, melewati hutan, atau menyeberang sungai. Hal tersebut tentunya sangat berisiko terhadap keselamatan mereka.
Para guru dan peserta didik sudah banyak yang mendapatkan bantuan kuota internet dari Kemendikbud. Semoga hal ini setidaknya bisa membantu mereka dalam melaksanakan pembelajaran daring. Pembelajaran yang disiarkan di TVRI, RRI, atau modul-modul juga diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran luring.
Setelah hampir delapan bulan PJJ, mungkin saja muncul kejenuhan, baik di kalangan guru atau peserta didik. pembelajaran daring walau pun menggunakan teknologi, tetapi kurang melibatkan emosi, sehingga ikatan psikologis antara guru dan peserta didik kurang begitu kuat.
Tanggal 5 Oktober bertepatan dengan peringatan Hari Guru Sedunia tentunya menjadi bahan untuk mengevaluasi sekaligus merefleksikan peran dan strateginya dalam pembelajaran selama pandemi Covid-19. Pandemi ini adalah sebuah wabah global. Oleh karena itu, para guru harus mau berubah, mau beradaptasi, bermental pemelajar, saling berbagi pengalaman pembelajaran terbaik (best practice), dan meningkatkan kreativitas dan inovasi pembelajaran di masa pandemi. Selalu ada hikmah dibalik musibah, tidak perlu resah atau gundah, tetap berupaya disertai doa semoga wabah segera punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H