Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi HUT ke-75 RI: Memerdekakan Pendidikan dan Pembelajaran

15 Agustus 2020   08:21 Diperbarui: 15 Agustus 2020   08:16 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era digital saat ini, proses pembelajaran selain dilakukan secara konvensional (tatap muka), juga dilakukan secara virtual melalui pemanfaatan teknologi video konferensi seperti webex, zoom, google meet, Microsoft Teams, dan sebagainya. Internet sebagai sarana untuk pembelajaran secara daring (online) posisinya menjadi kian strategis. 

Dengan memanfatkan fasilitas internet, konsep e-learning pun menjadi semakin populer. Di masa pandemi Covid-19 saat ini, pembelajaran daring menjadi alternatif yang banyak dipilih menggantikan KBM tatap muka yang dilarang oleh pemerintah untuk menghindari penyebaran Covid-19 khususnya di kalangan pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik.

Menurut saya, merdeka belajar perlu juga disertai dengan merdeka mengajar. Bukan hanya peserta didik yang ingin merdeka, para guru pun saya kira perlu untuk diberikan kemerdekaan, dalam artian merdeka secara pedagogis dan merdeka secara psikologis. Merdeka secara pedagogis maksudnya adalah merdeka untuk menyusun rencana pembejaran, merdeka menentukan pendekatan, model, strategi, metode, teknik, dan taktik yang digunakan dalam pembelajaran. Yang penting tujuannya tercapai.

Sedangkan merdeka secara psikologis, yaitu guru mendapatkan perlindungan dalam menjalankan profesinya, sejahtera lahir dan batin. Jutaan guru di Indonesia telah mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG). Hal tersebut adalah upaya atau langkah pemerintah dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada guru. Kalau kesejahteraan lahir dan batin terpenuhi, maka guru pun akan tenang dalam melaksanakan tugas.

Guru kadang kurang nyaman dan kurang bisa fokus dalam melaksanakan tugas karena posisinya yang kurang aman, merasa terindimidasi oleh orang tua atau pihak tertentu yang merasa dirugikan (biasanya kasus-kasus yang berkaitan dengan penanganan kenakalan peserta didik di sekolah). Selain itu, ada juga kasus guru yang terintimidasi oleh pejabat birokrasi atau pemerintahan karena sikap kritisnya terhadap sebuah kebijakan. 

Ada juga guru yang tidak nyaman di lingkungan kerjanya sendiri, karena merasa terintimidasi oleh sikap kepala sekolah atau para wakil kepala sekolah yang kurang merespon saran-sarannya dan sikap kritisnya dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan sekolah.

Kalau dunia pendidikan di Indonesia ingin benar-benar menerapkan konsep merdeka belajar, maka dari mulai para pembuat kebijakan hingga para pelaksana di lapangan harus mampu memunculkan rasa merdeka itu sehingga terefleksikan pada kegiatan pembelajaran di ruang-ruang kelas. 

Pendidikan yang merdeka juga bisa diartikan sebagai pendidikan yang biayanya terjangkau bahkan gratis dan masyarakat miskin tetap mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi.

Sekolah-sekolah yang menerapkan merdeka belajar akan dirasakan seperti taman belajar oleh para peserta didiknya. Taman identik dengan keindahan, kerapihan, kenyaman, dan penuh dengan warna-warni bunga, sehingga orang senang berlama-lama diam di tempat tersebut. Begitu pun dengan sekolah atau ruang kelas yang menjadi taman belajar. 

Para peserta didik akan merasa nyaman dan senang belajar di sekolah atau kelas, karena mereka banyak mendapatkan hal yang mereka cari di tempat tersebut. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar adalah konsep pemikiran Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara.

75 Tahun Indonesia merdeka semoga dapat menjadi momentum untuk memerdekakan pendidikan dan pembelajaran dari rantai birokrasi yang kaku, terkadang suka membelenggu kreativitas guru atas nama keseragaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun